Lihat ke Halaman Asli

5 Cara Mengajarkan Anak Cinta Menabung Sejak Dini

Diperbarui: 1 Februari 2017   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.hiduphemat.com

Beberapa hari yang lalu saya sempat terkejut tentang fakta yang dirilis oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) tentang kebiasaan generasi muda atau milenial Indonesia. Melalui Fan Page-nya LPS memberikan data statistika bahwa generasi muda antara usia 17 sampai 35 tahun lebih banyak menghabiskan uang untuk pergi ke kafe dari pada untuk menabung. Itu artinya generasi sekarang atau jangan –jangan termasuk kita, lebih bersikap konsumtif dari pada investatif.

Tak dapat dipungkiri, gempuran media sosial  bisa berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Lini massa yang ada di media sosial serta iklan yang bertebaran menawarkan informasi tempat menarik yang layak didatangi, termasuk kafe itu sendiri. Terlebih keinginan untuk bisa merasakan serta menampilkan foto yang menarik di media sosial membutuhkan tempat nongkrong asyik. Tentu untuk bisa eksis bin narsis tak jarang rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk berkunjung ke kafe- kafe. Jika pendapatan cukup banyak mungkin tak masalah, namun hanya karena memenuhi keinginan, tak jarang menabung dilupakan dan besar pasak dari pada tiang. Besar pengeluaran dari pada pendapatan sehingga utang jadi jalan.

Cara pandang konsumtif serta mudah mengikuti arus pergaulan mungkin juga dari pola pendidikan dalam keluarga. Kebiasaan menabung belum dikenalkan oleh orang tua sejak anak masih kecil sehingga untuk memulai kebiasaan itu sangatlah sulit. Terlebih jika terbiasa dengan pola hidup konsumtif yang membelanjakan uang bukan berdasarkan kebutuhan tapi lebih pada keinginan.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memberikan pendidikan menabung kepada anak sejak usia dini:

  • Mengenalkan uang dan perlengkapan menabung sejak dini. Memberikan pembelajaran pada anak tak lepas dari bermain, termasuk tentang menabung. Sebagai ibu dengan putra berusia 2 tahun, saya memperkenalkan kegiatan menabung dengan celengan plastik yang diisi dengan uang koin lima ratusan. Ketika memasukkan uang koin ke dalam celengan, saya jelaskan pada putra saya bahwa kegiatannya bernama menabung yaitu menyimpan uang. Walaupun setelah habis uang koinnya dan minta dikeluarkan lagi, setidaknya anak paham ada kegiatan menabung. Dan itu terlihat, ketika menemukan uang koin, putra saya akan mencari celengannya untuk diisi. Selain pengenalan menabung, permainan memasukkan koin ke dalam celengan juga sebagai cara untuk menstimulasi konsentrasi. Jadi bisa dibilang sekali mendayung, dua pulau terlampui. Satu kegiatan bisa untuk mengenalkan konsep sederhana tentang menabung, permainan yang mengasikkan juga untuk stimulus anak.
  • Membacakan buku serta bercerita tentang kegiatan menabung. Anak- anak biasanya akan melakukan sesuai dengan pengalamannya. Dan, tentang menabung kita bisa membangun pengalaman anak dari sebuah cerita yang kita bacakan dari buku. Bisa tentang cerita manfaat menabung, cara menabung atau kisah seseorang yang menabung serta apa yang didapat dari menabung. Yang perlu diingat adalah, dalam bercerita tentu sesuai dengan tingkat usia anak. Menggunakan bahasa yang sederhana sehingga anak paham isi cerita yang disampaikan oleh orang tua.
  • Mengajak anak ke Bank.  Jika sedang ada keperluan ke bank, ada baiknya orang tua bisa mengajak anak untuk ikut sehingga anak akan belajar tentang situasi di bank. Orang tua bisa menceritakan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di bank sehingga pengetahuan anak semakin berkembang. Yang jadi catatan di sini yaitu jika ingin mengajak anak ke bank, lebih baik mencari waktu yang sekiranya tidak terlalu ramai sehingga anak bisa mengamati kegiatan yang ada d bank sembari kita jelaskan serta anak tidak bosan menunggu di dalam.
  • Memberikan Reward. Ketika anak telah konsisten dalam menabung, sebagai motivasi orang tua dapat memberikan hadiah reward. Hadiah bisa dari hasil tabungan yang dikumpulkan dengan cara membelikan sesuatu yang diinginkan atau bisa juga orang tua yang memberikannya.
  • Membuka rekening khusus untuk anak. Di beberapa bank telah tersedia jenis tabungan khusus untuk anak. Bahkan ada yang menawarkan souvenir lucu yang diberikan pada anak ketika membuka rekening. Selain anak senang mendapatkan hadiah dari pembukaan rekeningnya, tentu sebagai orang tua merasa tenang karena uang yang ada di bank aman. Bahkan apabila bank terkena likuidasi pun uang akan kembali karena telah dijamin oleh LPS. Selain itu, baik bank konvensional, BPR maupun syariah telah menjadi peserta LPS, sehingga ketika membuka rekening untuk anak, orang tua dapat memilih bank yang sesuai. Dengan begitu tabungan anak yang mulanya hanya sebgai pembiasaan untuk cinta menabung selanjutnya bisa digunakan untuk investasi dana pendidikannya dimasa yang akan datang.

Memang sekarang putra saya masih belum paham terhadap celengan maupun menabung itu sendiri. Namun pengenalan sedini mungkin serta memberikan kebiasaan positif untuk membentuk karakternya dengan cara yang menyenangkan tanpa merasa kehilangan. Karena “The first you make habbits, and the last habbits make you”, awalnya kita membuat kebiasaan, selanjutnya kebiasaan yang membuat kita. Begitu juga dengan kebiasaan menabung untuk anak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline