Lihat ke Halaman Asli

Jagalah "Keperawanan" Jokowi !

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bursa capres semakin menyeruak. Meski proses perhitungan pileg belum selesai namun gonjang ganjing pencapresan menyerobot pionir informasi. Laksana mobil angkot yang berlomba berebut penumpang. Ramainya bursa pencapresan didominasi oleh satu sosok yang tak pernah habis dibibir setiap orang sejak suksesi Gubernur DKI Jakarta tempo hari.

Adalah Joko Widodo, yang lebih familiar dipanggil Jokowi. Seperti seorang gadis desa yang menjadi primadona bagi anak-anak muda. Kecantikannya telah menggelapkan nilai obyektifitas seorang gadis biasa. Lantaran terlalu sering dielu-elu dan dipuja-puja. Padahal kecantikan wajah hanyalah salah satu dari kriteria cantik yang mesti ia sandang. Tetapi ketika penilaian itu dibawa kepada suatu kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan sesuatu tanpa kecantikan wajah, maka nilai kecantikan itu menjadi terpenjara. Padahal seharusnya, gadis muda yang berwajah cantik itu mesti terus belajar untuk bisa menjadi benar-benar cantik lahir dan bathin secara utuh.

Jokowi adalah 'anak muda' di kancah kenegarawanan. Seorang pendatang baru dalam kejamnya dunia politik. Kredibilitas Jokowi sebagai orang baik harus terus dipupuk, disirami dan dipelihara, agar bangsa ini tidak kehilangan putra-putra terbaiknya. Jangan sampai layu sebelum berkembang dan busuk ditiup angin.

Semakin sering memperbincangkan Jokowi rasa-rasanya semakin 'gak enak badan'. Karena kebanyakan orang sudah 'over acting' dalam menempatkan Jokowi pada rasionya. Akhirnya ya gak rasional. Media mainstream sudah bertindak kebablasan dalam meletakkan Jokowi pada tempat yang semestinya dan sewajarnya di setiap pemberitaannya. Media telah menganggap Jokowi sebagai dewa informasi yang bisa mendatangkan rezeki. Entah melalui tangan siapa rezeki bagi media itu datang. Ditambah lagi partai pengusung Jokowi yang melakukan manuver politik yang over confidence dan sangat membahayakan kemandirian bangsa.

Sejak pertemuan tertutup yang digagas Jacob Soetoyo bersama beberapa dubes asing di Indonesia pada senin, 14 April 2014, Megawati dan Jokowi telah digiring pada suatu lingkaran yang berpotensi memasung kemandirian bangsa. Belum apa-apa, sepak terjang capres telah membuat rakyat Indonesia ketar-ketir. Maklum, “gadis cantik” itu dicintai oleh banyak kalangan dan semestinya dipinyit dulu untuk memasuki “ijab qabul” dan malam pertamanya. Bukan malah mengobral-obral “keperawanan” yang bisa melunturkan kecantikan dan kebersihannya.

Saatnya kita melihat dengan hati dan pikiran jernih. Jokowi sebagai putra terbaik bangsa harus diselamatkan dari intrik-intrik yang akan membuat dia terpasung tak berdaya. Para konglomerat hitam sebagai bagian dari gurita kapitalisme internasional telah memainkan banyak peran terhadap niat tulus Jokowi. Sayang seribu kali sayang, jika Jokowi diusung oleh ketidakrasionalan dan cara pandang stereotif. Jangan sampai kecantikan Jokowi dipetik oleh mereka yang punya modal raksasa, dan rakyat hanya bisa menikmati bau kentutnya saja.

Sekali lagi saya menghimbau kepada saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, dan seluruh keluarga besar bangsaku, gunakanlah hati dan pikiran jernih kalian. Pandanglah dan nilailah seseorang sebagaimana sosok manusia biasa. Lihatlah dan rasakanlah sesuatu yang berada dihadapan kita secara obyektif. Lihatlah baik-baik dan pikirkanlah matang-matang berulang kali. Setiap (calon) pemimpin yang dicintai rakyatnya, pasti ada pengkhianat yang berusaha menguasainya. Camkanlah.....! [byHaqq]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline