Lihat ke Halaman Asli

Keberkahan di Balik Makam Bapak Pluralisme (Studi Lapangan Sistem Kepercayaan di Makam Keluarga Besar Gus Dur)

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

A.Latar Belakang

Presiden kita keempat, Gus Dur alias KH Dr Abdurrahman Wahid Ad-Dakhil (1940-2009) adalah sosok yang begitu. Presiden yang pengaturan pemakamannya jadi ‘rebutan’ antara keluarga dan protokol negara itu, dilepas menuju ke haribaan Tuhannya oleh presiden, petinggi-petinggi negara, para kiai, dan ratusan ribu warga masyarakat. Pers dunia tidak hanya memberitakan kewafatannya, tapi juga menulis pribadi dan keistimewaannya. Majalah kenamaan, The Economics, bahkan menceritakan kembali joke-joke Gus Dur yang menertawakan diri sendiri.

Seolah-olah orang tidak puas memberikan penghormatan terakhir kepada Gus Dur saat dimakamkan, berbagai kelompok masyarakat mengadakan acara-acara khusus untuk mengenang presiden yang dimakzulkan oleh para politisi -yang dulu mendukung pengangkatannya- itu. Ada Seribu Lilin untuk Gus Dur. Ada berdoa bersama untuk Gus Dur yang diikuti pimpinan berbagai agama dan kepercayaan. Ada beberapa komunitas etnis dan agama yang masing-masing menyelenggarakan acara khusus untuk menghormati almarhum. Di makamnya sendiri di Tebuireng, setiap hari hingga kini rombongan masyarakat dari berbagai pelosok tanah air, bahkan juga dari luar negeri, masih terus berdatangan.

Khusus dalam rangka 40 hari wafat presiden rakyat itu, acara-acara mengenang kiai unik tersebut digelar di mana-mana. Dalam rangka itu, saya sendiri mendapat undangan tidak kurang dari sembilan panitia dari berbagai kota di tanah air. Tidak hanya berbentuk doa bersama atau tahlilan dan pengajian, tapi ada pula yang dikemas dalam acara seminar, orasi budaya, kesenian, tirakatan, dan sebagainya. Seniman serbabisa Slamet Gundono malah menyelenggarakan acara budaya sehari semalam di Solo dengan tidak ketinggalan menggelar lakon Kuncung Semar. Studio Mendut Magelang berencana mengadakan pameran patung Gus Dur. Masyarakat Pati lain lagi, rencananya mengadakan pawai keliling sebelum acara puncak di alun-alun Pati.

Melihat fenomena itu, sampai ada kiai sepuh yang menyatakan bahwa mulai Nabi Adam belum pernah ada manusia yang diperlakukan seperti Gus Dur. Menurut saya, fenomena ini tidak hanya patut masuk Muri-nya Jaya Suprana, tapi sangat layak masuk Guinness Book of Records.

Demikianlah, karena Gus Dur menghargai keberagaman, dia pun dihargai oleh berbagai ragam manusia, terutama yang menerima keberagaman, meskipun pasti ada, terutama dari kalangan mereka yang tidak menyukai keberagaman- yang tidak menghargai bahkan merendahkannya. Dan akan hal ini Gus Dur pun maklum belaka.

B.Rumusan Masalah

Dalam jurnal yang kami bahas ini, kami berhasil menemukan beberapa masalah yang ingin di jawab oleh penulis. Adapun masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.Apa tujuan peziarah berkunjung ke makam Gus Dur?

2.Apa dampak yang dirasakan setelah adanya wisata religi makan kelurga Gus Dur?

3.Apa makna berkah bagi para peziarah?

C.Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui maksud peziarah yang berkunjung di makam Gus Dur.

2.Memahami dampak yang dirasakan setelah adanya makam Gus Dur.

3.Menegtahui hakikat berkah bagi penziarah.



D.Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1.Pengamatan(observasi)

Kegiatan pengamatan ini, kami lakukan dengan mendatangi kampong yang berada di sekitar area makam gus dur. Dan kami mengamai perilaku komunikasi sosial masyarakatnya.

2.Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendukung data hasil dari penelitian di lapangan. Dokumentasi dalam dokumentasi ini memperlihatkan bentuk komunikasi atau hubungan masyarakat.

3.Wawancara

Wawancara digunakan untuk lebih menguatkan data yang diperoleh dalam pengamatan. Selain itu,wawancara digunakan untuk memperjelas dan menemukan fakta-fakta baru

E. Hasil penelitian

Makam KH. Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan GusDur, yang mengundang fenomena karena banyak peziarah yang datang dari berbagai kalangan, agama, dan suku.

Makam mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid, sebenarnya tidak berbeda dengan makam lainnya, termasuk makam kakeknya, KH Hasyim Asya'ri, yang berada di lingkungan kompleks Ponpes Tebu Ireng, di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim).

Kabupaten  Jombang  sendiri yang secara geografis berbatasan dengan 4 kota yaitu :

Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan

Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri

Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Serta mempunyai Luas wilayah kabupaten 115.950 Ha : 1.159,5 Km, Terletak membentang antara 7.20′ dan 7.45′ , Lintang Selatan 5.20 – 5.30 Bujur Timur.

Makam yang berada di kompleks pemakaman tersebut hampir semuanya tidak memiliki nama pada batu nisannya. Namun yang membedakan makam GusDur dari makam yang lain adalah makamnya yang selalu dipenuhi oleh bunga-bunga.  Juga di dekat kedua batu nisan tersebut, ada dua vas yang berisi bunga sedap malam tertera tulisan, KH Abdurrahman Wahid dan KH Hasyim Asya'ri yang ditulis oleh sebuah komunitas. Kompleks pemakaman ini selalu ramai dikunjungi para peziarah. Terutama pada Jum’at Legi atau hari libur. Kebanyakan para peziarah yang berkunjung tidak lain hanya untuk murni berziarah dan mengirim doa saja. Namun masih banyak orang juga yang beranggapan bahwa berziarah pada makam ini bisa mendatangkan berkah bagi mereka.

Kompleks pemakaman Ponpes Tebu Ireng tersebut, setiap hari buka mulai pukul 07.00-16.00 WIB dan buka kembali mulai pukul 20.00-04.00 WIB. Selain itu, di tepi jalan menuju kompleks pemakaman ini  juga dipenuhi dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya di tepi jalan raya di kawasan itu. Bahkan terdapat banyak pertokoan dalam gedung menuju pemakaman, hingga tempat ini disebut tempat Wisata Religi. Begitu pula dari arah lokasi parkir bus yang berada di selatan yang jaraknya sekitar 150 meter dengan makam, pengunjung juga harus berjalan perlahan di sepanjang jalan di desa setempat.

Membahas tentang makam keluarga besar Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari bapak pendiri Nahdlotul Ulama’ tidak lepas dari sosok KH. Abdur rahman Wahid (cucu dari KH. Hasyim Asy’ari) yang sang berpengaruh terhadap kehidupan beragama antar umat di Indonesia. KH. Abdur Rahman Wahid atau yang lebih Familiar dipanggil Gus Dur ini merupakan Bapak Pluralisme karena sikapnya yang sangat tolensi kepada antar umat beragama di Indonesia bahkan di dunia.

Semenjak Gus Dur wafat, makam keluarga Gus Dur yang bertempat di komplek Pondok Pesantren Tebu Ireng Cukir jombang mendadak menjadi ramai karena banyak orang berziarah ke makam Gus Dur. “Para peziarah banyak berziarah ke makam Gus Dur karena memang karena murni berziarah serta menyimpan suatu rasa penasaran dengan makam Gus Dur, tapi ada pula yang beranggapan bahwa dengan mengunjungi makam Gus Dur Menjadikan mereka lebih barokah” ujar Satpam Penunggu gerbang makam Gus Dur. Dari hasil wawancara singkat dengan satpam gerbang makam tadi ada hal menarik perhatian, yakni tentang adanya “budaya ngalap berkah/mencari barokah”.

Menurut penuturan satpam gerbang para peziarah yang menganggap bahwa makam Gus Dur berkah  karena mereka sudah tau bagaimana sosok Gus Dur selama beliau masih hidup. Beliau sosok yang fenomenal dengan keputusan dan celetukannya yang khas yakni “gitu aja kok repot”. Sosok beliau juga dikenal sebagai ulama’ besar dan ilmu keislamannya tidak dragukan lagi. Satpam memaknai berkah tersebut adalah sebuah limpahan nikmat yang diberikan Allah karena hambanya sudah dekat dengan orang alim dan sholeh seperti Gus Dur. Berkah juga dimaknai sebagai segala sesuatu yang mengandung unsure kebaikan bagi yang telah mempercayainya dengan melakuakan ritual-ritual khusus sesuai syari’at islam tentunya.

Berbeda pak satpam gerbang, konsep berkah dituturkan oleh pak ihsan memiliki perbedaan. Pak ihasan merupakan salah satu alumni pondok pesantren tebu ireng jombang, dan dia disana dalam rangka menjadi pemandu wisata religi makam keluarga besar Gus Dur, meskipun alumni dan pemandu wisata tapi pak ihsan tidak perna masuk makam Gus Dur. Pak ihsan memaparkan konsep “berkah” yang dicari para peziarah adalah tentang adanya suatu kepercayaan tentang segala bentuk hal baik yang akan menimpa kita setelah kita datang kesana.

Tapi tidak hanya pada sebatas hal baik yang akan kita terima jika kita sudah endatangi makam Gus Dur saja, sebenarnya berkah itu sendiri telah diyakini oleh seseorang yang menjadikan dirinya agar selalu melakukan perbuatan baik ddan meningkatkan keimanannya dan apapun yang menjadi kepercayaan seseorang adalah Sesutu hal yang benar menurutnya. Dan menurut pak Ihsan sendiri tingkat keimanan itu seperti hanya perkrmbangan psikologis seseorang, keimanan akan meningkat sesuai dengan tingkat umur, dan pola pikirnya. Jika kita ketahui tingkat keimanan anak kecil, remaja dan orang tua santalah berbeda, hal itu disebabkan karena adanya sudut pandang berbeda tentang konsep keimanan. Jika anak kecil menganggap iman adalah sebatas percaya dan patuh, maka ditingkat remaja dan dewasa iman tidak hanya sebuah kepercayaan saja tapi berupa tindakaan yang real atau nyata sebagai wujud keimanannya. Dan pada fase orang tua iman bisa diartikan pengabdian dan totalitas kita kepada sang pencipta.

Tentang konsep keimanan tersebut, pak ihsan juga menjabarkan bahwa dengan kita mempunyai suatu keyakinan maka kita akan lebih terbimbing ke arah yang lebih baik dan menjadikan jiwa kita tenang. Ketenangan itu lah yang menjadikan seseorang lebih khusyu’ (konsentarsi) dalam beribadah,menjadikan kita membayangkan sesuatu yang baik akan selalu meliputi kita dan menemukan makna kebahagiaan sesuai perspektifnya masing-masing. “kebahagiaan itu juga relative, tergantung seseorang itu bagaimana memaknainya. Anak kecil bisa memaknai bahagia adalah saat bermain dengan teman sebayanya, remaja mengatakan bahagia apabila bisa melakukan sebuah petualangan seperti ke daerah pegunugan yang indah, dan juga ada pandangan orng tua yang mengatakan bahwa kebahagian itu bisa diraih dengan sajadahnya. Dengan sajadahnya orang itu bisa lebih dekat dengan tuhan dan menjadikan bahagia dan tentram” ujar pak ihsan.

Menurut Pak Sukarlin yang telah lama bekerja di area Makam Alm. Ini, kepercayaan agama disini sangat maju dan berkembang karena begitu terasa setelah sepeninggalan Gus Dur. Semakin lama semakin banyak orang tua yang menyantrikan anaknya di Ponpes Tebuireng ini.  Bahkan tidak hanya dari umat Islam saja yang menziarahi makam Gus Dur, umat dari Agama lainpun banyak yang mendatangi makam Gus Dur dalam artian penghormatan kepada beliau karena Gus dur dikenal debagai seorang yang pluralism atau seorang yang pemersatu Agama di Indonesia. Ada yang menarik pula perihal karismatik seorang Gus Dur, beliau dikatakan sebagai Wali ke sepuluh oleh orang – orang yang percaya dengan ilmunya yang bias dikatakan tinggi. Salah satunya beliau bisa tahu seasuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Dikatakan juga Gus Dur dapat berbicara dengan orang mati. Banyak penziarah dari wali songo langsung menziarahi makam Gus Dur pula. Bahkan begitu terkenalnya Gus Dur sampai – sampai banyak orang dari luar negara yang berkunjung ke Tebuireng untuk menziarahi Alm. Cak Sukarlin menyebutkan negara – negara dari orang yang berziarah ke makam Gus Dur diantaranya, Jepang, Inggris, Malaysia, Hongkong dan Belanda. Tapi tetap saja perihal Wali hanya Allah-lah yang tahu. Disini juga diadakan pengajian rutin setiap hari dan acara tahlil bersama setiap malam jum’at terutama malam jum’at legi, seluruh area makan pasti penuh dengan para penziarah. Yang jadi catatan bahwa di area pemakaman hanya boleh diisi maksimal 100 jenazah dan itupun harus dari kerabat KH. Hasyim Asy ‘ari sampai keanak, cucu dan cicitnya. Presiden kita, Bapak Yudhoyono dikatakan juga pernah berziarah satu kali ketika upacara pemakaman Gusdur waktu silam. Dan cak Sukarlin mengatakan pejabat atau menteri yang paling sering berkunjung berziarah kesini yaitu Pak De Karwo, Gubernur Jatim.

Dengan adanya wisata religi makam keluarga Gus Dur mrnjadikan desa cukir mengalami perkembangan dan itu tidak bisa di pungkiri. Hal itu terbukti dengan adanya pembangunan pintu masuk makam keluarga Gus Dur. Menurut pak satpam, semenjak tahun 2011 pembangunan diberbagai bidang mulai infrastuktur bangunan makam, pondok pesantren tebu ireng, perekonomian dan ekowisata religi pun mulai merambah.

Meskipun dengan adanya pembangunan yang lebih modern, pondok pesantren tebu ireng jombang tidak meninggalkan cirri khas pondok salafnya. Terlihat masih banyaknya santri yang masih lekat dengan budaya podok salaf seperti menggunakan sarung, kopyah dan sopan santun tentunya. Hal ini tidak lepas dari peran KH. Hasyim As’ari yang menyebarkan islam di desa cukir sekaligus menjadikan desa itu lebih religious dan agamis. Meskipun begitu, toleransi beragama di daerah sana cukup tinggi. Meskipun ada rumor yang beredar bahwa jika ada orang yang beda agama, maka mereka harus segera pindah lokasi ke dekat dsalah satu gereja yang dekat juga dengan desa itu

Penulis

Abdul Bashir                   (B76212095)

Achmad Wafa’Uddin     (B06212001)

Aji Saputra                      (B76212094)

Ameliya Dian Agustin    (B76212095)

Ervina Mulia Santoso      (B36212080)

Mar’atus Sholihah           (B06212018)

Dosen pengampu

Yusuf Amrozi, M.MT.

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline