Lihat ke Halaman Asli

Keberat - Beratan dan Kebarat - Baratan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua hal ini merupakan pemenang nominasi dari yang terbaik di negri ini. Dua hal yang digrandrungi banyak orang penanda kelas sosial di atas rata - rata.

Keberat - Beratan

Nah untuk hal ini merupakan hal yang saklek untuk beberapa pribadi atau bisa dibilang mutlak dan tidak bisa dibantah. Barang siapa membantah dengn aksi yang bertentangan dengan sesuatu yang berat bersiaplah untuk dibinatangi.

Memang apa sih keberat - beratan? Segalanya ditanggapi dengan serius. Biasanya penyuka hal ini ialah pribadi yang merasa ekslusif tidak membawa enjoy segala sesuatunya. Semisal novel humor yang laris dipasaran maka sesegera mungkin para 'ahli' berkata itu tidak sejalan dengan kaedah sastra maka si penulis tidak pantas disebut sastrawan,novel tersebut tidak lebih dari karya amatiran bahasa. Lalu soal musik - musik murahan yang beredar pun tidak kalah habis untuk dibitanangi. Toh ternyata musik tersebut yang memang laris didengar dan digandrungi bukan? Walau kadang muak juga memang, yaa paling tidak tetap untuk memberikan penghargaan dengan membiarkan mulut diam walau hati kesal. Lalu suatu kualitas perbincangan yang berbobot dan tidak dan sebagainya dan sebagainya.

Memang ada standar suatu hal berat atu tidak? Pantas dan tidak? Bukankah sudah ada dimensinya masing - masing setiap orang untuk berkreasi dan berinteraksi. Oleh karenanya, santaikan diri sajalah untuk melihat dan menepuki segala sesuatunya.

Kebarat - Baratan

Nah yang satu inilah tidak henti - hentinya ditunggu dan digemari masyarakat. Segala sesuatu yang berbau barat selalu menjadi juaranya.

Mari nyalakan televisi maka pemandangan penyejuk mata terlihat. Pemain berhidung mancung, berkulit putih, tinggi, dan yang jelas kebarat - baratan mewarnai hampir setiap acara dengan rating tertinggi. Tunggu dulu! Tenang,wajah desa pribumi tetap dapat terlihat di acara laris namun biasanya jadi pembantu atau supir,yaa tidak apalah yang penting muka desa masih bisa main film.

Potongan di atas hanya secungkil penggambaran. Masih banyak kisah menarik lainnya mulai dari pakaian murahan berasal dari bumi Indonesia dan pakaian mahalan dan elitan dari barat. Tata cara makan ala Indonesia yang kesawah - sawahan dan tata cara makan ala barat yang agung nan mulia. Karya anak bangsa yang kekumuh - kumuhan dan karya anak barat yang kemewah - mewahan. Namun yang agak aneh sedikit dari pecinta barat ini yang kerja keras kebarat - baratan, taunya hasil indah tanpa tau seperti apa prosesnya.

Adanya dua hal tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang dianugrahkan bagi siapa yang menyanyikannya. Lalu siapa yang memberi penghargaan? Si penyanyi sendiri dan penonton pada umumnya.

Kira - kira seperi itulah artikel yang masih jauh dari keberat - beratan. Terserah jika ingin membinatangi tulisan ini karena saya percaya dunia ini telah diciptakan berdasarkan porsi yang pas dengan takaran hitam - putih, baik - jahat, indah - buruk, kaya - miskin, manis - asin, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline