Ini bukan sebuah tempat indah bersalju. Warna putih itu bukanlah salju yang diidam-idamkan seperti wisatawan negara tropis. Warna memutih itu bukan juga cat yang sengaja dibuat seragam agar pemukiman desa nampak rapi dan indah.
Buat sebagian orang itu adalah keindahan, namun tidak buat saya dan warga Ndeskati Namanteran Karo Sumatera Utara.
Sebelum warna memutih itu tergambar gamblang, suara ledakan dibarengi semburan abu vulkanik membuat warga desa bergidik. Dini hari nan gelap, Sabtu, (8/8) mereka saling berpelukan di dalam rumah. Ada yang mengira hujan karena bunyi abu disertai kerikil mendera atap-atap rumah mereka.
Pagi hari saat warga membuka pintu rumahnya, sesak nafas mereka. Mereka dapati kampung mereka berdebu tebal. Mata perih dan nafas sesak bila terpapar debu yang tajam nan berbau belerang ini. Apa jadinya dengan kebun sayur mereka yang sudah siap panen. Ya, ini debu vulkanik dari Gunung Sinabung. Gunung gagah ini kembali erupsi.
Baru sehari tenang dari erupsinya Sinabung meledak lagi pada Senin siang (10/8). Bunyi Tonggeret bersahutan padahal hari masih siang. Benar siang tapi Ndeskati nampak gelap laksana malam. Suasana ini semakin menyesakkan dada. Pak Lukman Sembiring menangis di ujung handphone.
"Habis Pak tanaman kami tertimbun debu. "
Sesenggukan Pak Lukman tak sanggup saya menahannya. Saya akhirnya bergeming. Dalam waktu setengah jam,, saya mengubah keputusan yang tadinya stay at home akhirnya harus go to Ndeskati. Ndeskati memanggil saya.
Tak disangka enam anak-anak muda tangguh memilih bergabung dengan saya. Mereka bukan untuk gaya-gayaan di lokasi bencana. Saya tahu persis mereka. Nurani kemanusiaan mereka terpanggil.
Ndeskati sudah saya dekati. Bayangan Desa yang memutih jadi nyata. Ada anak kecil dengan masker sampai berwarna coklat saking kotornya. Tak tega melihatnya. Saya sodorkan masker ke anak yang didampingi ibunya. Sedikit ucapan terima kasih membuat saya bahagia bisa memulai menuntaskan niat berbagi.
Drone putih merekam jelas Ndeskati yang memutih. Anak-anak tetap saja dengan keceriaannya. Sebab drone bagi mereka bisa mengobati rindu bertemu para relawan yang lama tak bersua ke Ndeskati.
Ndeskati... Mari kita dekati dengan hati. Mereka memutih bukan kehendak sendiri. Mereka tak berharap banyak dari kita. Sekedar empati sudah membuat mereka lapang hati dengan musibah ini.