Saya kasihan sama relawan yang kekurangan tenaga. Saya senang bantu dapur umum karena banyak kenalan, menyenangkan dan seru. Daripada diam di tenda pengungsian, lebih baik saya cari kegiatan. Saya senang bantu di dapur umum karena banyak teman, bisa bercanda dan ada kerjaan. Di sini suasanya menyenangkan karena banyak orang dan banyak kenalan.
Begitulah beberapa alasan ibu-ibu warga pengungsi gempa di Lombok Utara ketika ditanyakan, "Mengapa mau bantu di posko dapur umum relawan?" Sungguh mengharukan membaca pengakuan tulus ibu-ibu warga lokal yang saat ini juga menjadi pengungsi akibat gempa beberapa kali di Pulau Lombok. Saya tidak menduga mereka memiliki alasan yang demikian alami dan mengharukan. Mulia sekali ibu-ibu ini.
Saat banyak orang larut dalam kesedihan dan tak berdaya, mereka justru bangkit tidak hanya untuk mengurus diri dan keluarganya tapi justru melayani orang lain.
Setiap hari ada lima orang dari pengungsian di Tanak Song, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara yang membantu Dapur Umum Posko RELAWAN INDONESIA untuk Kemanusiaan (RELINDO) yang berada di tepi Jalan Raya Tanjung.
Tiap hari Dapur Umum RELINDO memproduksi 1000 nasi bungkus yang melayani 22 titik pengungsian di berbagai tempat di Kabupaten Lombok Utara. Desa yang terakses bantuan nasi bungkus untuk makan siang dan malam dari dapur umum RELINDO yaitu, Desa Jenggala, Desa Teniga, Desa Panyamboam, DesaTanjog, Desa Gangga, Desa Mekar Sari dan Desa Montong.
Setiap waktu makan siang dan makan malam, paket nasi bungkus ini diantar oleh relawan ke lokasi pengungsian atau ada koordinator pengungsi yang mengambil ke dapur umum sesuai jumlah pengungsi yang membutuhkan. Dapur Umum RELINDO juga menyediakan makan gratis buat warga dan relawan yang ingin makan saat melintas di jalan di depan Posko RELINDO.
Warniati, 55 tahun, sejak habis subuh sudah berada di Dapur Umum RELINDO untuk memulai menyiapkan menu makanan buat pengungsi dan relawan. Ada juga Anis (40 tahun), Saniah (35 tahun), Sariyah (37 tahun) dan Nur Asyiyah (22 tahun) yang sejak awal posko dibuka (6 Agustus 2018) sudah berperan penting dalam keberlangsungan dapur umum yang menjadi "penyelamat" banyak pengungsi di masa tanggap darurat di Lombok.
Anis mengungkapkan kesannya selama membantu menjadi relawan dapur umum bahwa ia merasa bahagia bisa membantu bersama relawan. Ia tergugah hatinya melihat relawan yang jauh-jauh datang dari berbagai penjuru Indonesia untuk membantu warga yang sedang tertimpa musibah. Ia melihat relawan kekurangan tenaga memasak dan membungkus, maka dirinya tergerak ikut membantu di dapur umum.
Lain lagi dengan apa yang diungkapkan oleh Sariyah. Beliau senang membantu di dapur umum, meski lelah tapi suasananya menyenangkan, bisa terhibur dan memiliki kenalan baru.
Selain warga dari pengungsian, dapur umum ini juga digerakkan oleh anak-anak muda yang umumnya masih mahasiswa. Salah satunya Kuratul Imani Harminiwati (23 tahun) yang biasa dipanggil Har.