Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Sekolah untuk Anak Dhuafa dan Anak Jalanan Ini Terancam Bubar

Diperbarui: 9 Maret 2017   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana belajar MA Amaliyah Medan (dok. pribadi 8/3/2017)

“Kalau bisa dibantu, jangan sampai sekolah ini tutup.”

Demikian ungkapan salah satu pengelola sebuah sekolah yang menampung anak yatim, anak dari kalangan tak mampu, anak yatim dan anak jalanan ini kepada saya. Sekolah ini bernama Madrasah (MA) Aliyah Amaliyah Indonesia. Saya mengunjungi sekolah ini pagi tadi, Rabu, 8 Maret 2016 atas permintaan istri saya yang mengetahui lebih awal kondisi sekolah yang kabarnya terancam bubar.

Sekolah murah atau hampir gratis untuk anak tidak mampu yang rata-rata hampir putus sekolah ini, sudah memasuki tahun ketiga mendidik anak-anak yang punya keterbatasan biaya. Beberapa siswa mulai bekurang jumlahnya karena kendala biaya transportasi dan biaya hidup yang membuat mereka harus kembali ke lingkungan asalnya, bekerja di usia sekolah demi bertahan hidup.

Nuzul, salah satu siswa MA Amaliyah Indonesia, setiap hari usai sekolah langsung bergegas ke sebuah café di Medan untuk menunaikan pekerjaan sebagai tukang parkir. Ada juga siswa usia sekolah menjaga warnet. Ada juga siswa yang ikut membantu orang tuanya bertugas jaga malam disebuah perumahan.  Ternyata ada salah satu anak dari siswa MA Amaliyah ini dulu anak terlantar yang terpisah dari keluarganya dan hidup di jalanan. Alhamdulillah, sekolah ini selain bisa menarik anak ini dari jalanan juga bisa mengembalikan lagi ke rumah, berkumpul dengan keluarganya. Sungguh saya terkesan dan terharu dengan siswa yang saya jumpai di sekolah ini.

Alamat sekolah MA Amaliyah Medan (dok. pribadi 8/3/2017)

Ada juga siswa yang saya wawancara bernama Sylvi. Sylvi, siswa putri MA Aliyah memiliki kisah lain. Dia sempat putus sekolah setahun usai lulus dari SMP. Sylvi dibesarkan dari keluarga tidak mampu. Atas ajakan temannya, Sylvi diajak ke MA Aliyah untuk melanjutkan cita-citanya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi tanpa biaya yang menghimpit. Dalam dua bulan kedepan, insya Allah Sylvi akan memegang ijazah SMA yang dicita-citakan.

Bersama Nuzul salah satu siswa MA Amaliyah Medan, yang sehari-hari bekerja sebagai tulang parkir (dok. pribadi 8/3/2017)

Sungguh mulia yang dilakukan oleh sekolah ini. Bu Ani, Ketua yayasan Amaliyah Indonesia yang kini mengelola sekolah ini berjuang keras agar siswa-siswi di MA Amaliyah Indonesia ini bisa terus bertahan meski dalam kondisi yang terseok-seok. Sekolah ini membiayai operasionalnya hanya mengandalkan dari donatur perorangan. Belum ada bantuan dari pihak pemerintah, swasta dan lembaga masyarakat yang mampu menjamin keberlangsungan sekolah ini lebih lanjut.

Bu Ani, baru memegang kendali pengelolaan sekolah setahun terakhir ini setelah ada pergantian pengelola. Pergantian pengelola ini sebenarnya sangat berat bagi Bu Ani dan tim guru berhubung dana operasional yang harus dicari secara patungan yang tidak mudah didapat. Guru-guru bekerja dengan gaji Rp. 25.000,- sekali pertemuan. Siswa hanya membayar infaq sebesar Rp. 30 ribu/bulan yang seringkali tidak lancar atau sering menunggak. Bu Ani mengatakan, bila tidak ada niat pengabdian yang besar dari para guru, sekolah ini hanya berusia seumur jagung.

Sylvi, Bu ANi dan saya di MA Amaliyah Medan (dok. pribadi 8/3/2017)

Saat ini MA Amaliyah Indonesia menjalankan kegiatan belajar mengajar dan administrasi sekolah dengan menyewa tiga ruangan di sebuah pesantren di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Biaya sewa ruangan ini membutuhkan dana 12 juta per tahun. Sebanyak 24 siswa, kelas satu sampai kelas tiga belajar di tiga ruangan. Kelas 2 yang siswanya hanya 4 orang belajar di ruang administrasi yang disekat jadi dua.

Bu Ani dan tim sekolah sudah berupaya mencari dukungan dan bantuan. Ada beberapa lembaga yang menjanjikan bantuan, namun jangka waktu realisasinya masih cukup lama sementara kebutuhan mendesak operasional sekolah segera harus dipenuhi bila tidak ingin sekolah ini tutup.

Sekolah MA Amaliyah Indonesia sudah dengan keterbatasannya, mampu menjadi jembatan bagi banyak anak yang hampir putus harapannya mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan. Sekolah yang dikelola dengan niat baik dan harapan besar ini sangat membutuhkan uluran tangan kita.

Semoga ada pihak yang memiliki kelapangan, kekuasaan dan kekuatan besar bisa menopang cita-cita sekolah ini menjadi harapan masa depan bagi anak dhuafa, anak yatim dan anak jalanan.

Salam kemanusiaan!

Achmad Siddik Thoha

Staf Pengajar USU-Warga Medan

0812-8530-7940




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline