Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Belajar Kehidupan dari Tukang Becak Naik Haji

Diperbarui: 23 Februari 2017   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kakek Rahman mengayuh becak di daerah Tanjungrejo Medan (dok pribadi, 18/1/2017)

“Saya tadi shalat dhuha dulu sebelum kerja. Habis shalat dhuha langsung mangkal di pasar.”

Itulah kalimat pembuka saya dengan sosok sangat mengagumkan pagi ini yang saya jumpai saat kegiatan MENABUNG (Menebar Nasi Bungkus). Sosok mengagumkan pagi ini bernama Kakek Rahman. Lelaki tua berusia 80 tahun warga Medan yang sehari-hari berprofesi sebagai pengayuh becak yang mangkal di Pasar Tanjungrejo Medan. Mengapa saya mengaguminya?

Pertama, Kakek Rahman dengan usianya yang sudah sepuh masih kuat mengayuh becak untuk bisa tetap bekerja. Kebanyakan orang diusia diatas 60 tahun fisiknya sudah sangat lemah, tapi tidak buat Kakek Rahman. Saya menyaksikan sendiri Kakek Rahman masih kuat mengayuh, dengan penumpang becaknya terisi dua orang. Beliau mengayuh becak memang untuk mendapatkan penghasilan, bukan untuk sekedar mengisi waktu di hari tuanya atau dikasihani orang.

Menggali kearifan hidup dari Kakek Rahman, Tukang Becak Naik Haji (dok pribadi 18/2/2016)

Kedua, Kakek Rahman tak lepas ibadah baik yang wajib maupun yang Sunnah. Beliau tak lepas shalat dhuha. Ketika saya tanya, apakah puasa Sunnah juga?

“Alhamdulillah, Senin dan Kamis awak puasa. Awak jam 2.00 sudah bangun dan gak tidur lagi sampai pagi. Shalat tahajjud dan gak tidur sampai berangkat kerja.”

Masya Allah. Saya kagum kuadrat sampai pada kalimat ini. Tapi kekaguman puncak saya adalah pada poin ketiga ini.

“Kakek katanya sudah naik haji.”

“Iya, tahun 2013, Alhamdulillah sudah naik haji.”

“Biayanya dari kerja becak ini, Kek?”

“Iya, awak ngumpulin 2.5 juta per tahun, selama 10 tahun.”

Masya Allah, kekaguman saya tak lagi kagum kuadrat, tapi sudah berpangkat-pangkat. Kagum sekaligus malu. Saya sudah kerja digaji rutin lebih hampir 20 tahun dan terkadang dapat honor besar, malah masih jauh mendapat jadwal berhaji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline