Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Energi dari Air dan Limbah Pertanian : Menuju Kemandirian Energi Berbasis Masyarakat

Diperbarui: 31 Desember 2015   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kabupaten Bogor (dok. Eman Des 2015)"][/caption]

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berimplikasi pada permintaan energi yang semakin besar jumlahnya. Apalagi dunia dihadapkan pada bahan bakar dari fosil yang semakin tinggi biaya ekslporasinya dan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Sebagian besar masyarakat dunia juga semakin menyadari adanya pemanasan global akibat peningkatan gas rumah kaca di atmosfir sehingga setiap negara perlu mencari dan menggunakan energi alternatif yang rendah emisi dan terbarukan.

Energi alternatif kini semakin banyak dikembangkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Keberhasilan pengembangan energi alternatif bisa berimplikasi pada ketahanan energi suatu bangsa, karena energi adalah sumberdaya yang sangat vital dalam percaturan dunia Internasional. Namun pengembangan energi alternatif perlu mendapat dukungan dari masyarakat agar ketahanan energi bisa berimbas pada mandirinya masyarakat dalam ikut serta dalam pengembangan energi alternatif.

Kamar dagang dan Industri (KADIN) mencatat, rasio elektrifikasi di Indonesia adalah sekitar 76,56%, permintaan kenaikan listrik mencapai 7% per tahun. Sementara amanat Peraturan Presiden no. 5 Tahun 2006 tentang bauran energi diharapkan kelompok energi baru dan terbarukan menyumbang 17% pemenuhan energi nasional pada tahun 2025. Untuk sumber energi lainnya adalah batubara (33%), gas (30%), dan minyak bumi (kurang dari 20%).  (Sumber disini). Mengingat potensi kekayanaan alam Indonesia yang melimpah ditambah kondisi iklim yang sangat mendukung untuk mendapatkan sumber energi tanpa batas, maka pengembangan energi alternatif yang maksimal bisa mengantarkan Indonsia menjadi negara penghasil energi yang berlimpah.

Suatu waktu saya diajak seorang teman yang akan mewakafkan lahannya untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Lahan tersebut seluas hampir 1 hektar yang terletak di Desa Nambo Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor. Lahan tersebut berupa lahan terjal yang terletak di pinggir aliran sungai. Lahan tersebut semakin menarik untuk kegiatan sosial kemasyarakatan karena ada air terjun persis di seberang lahan yang diwakafkan.

“Apa ide Pak Siddik untuk mengelola lahan ini agar memiliki manfaat yang besar. Ini ada air terjun dan banyak pepohonan yang ada di lahan sekitarnya.”Kata Pak Mardyanto pewakaf tanah ini.

“Kelebihan lahan ini adalah daya tarik air tenjunny, Pak. Saya berharap air terjun ini airnya terus mengalir. Ini perlu dijaga bersama. Masyarakat merasa perlu air terjun dan kita pun bisa memberi sesuatu buat masyarakat.” jawab saya.

“Saya ada rencana membuat pelbanhkit listrik tenaga mikrohidro, pembangkit listrik tenaga air, Pak.” Pak Mardyanto melemparkan sebuah ide.

“Wah bagus, Pak. Sekalian masyarakat juga kita bantu terus merawat pohon-pohonnya agar air ini terus mengalir dan pemandangan tetap indah. Nanti kampung ini kita buat menjadi Kampung Mandiri Energi. Orang kesini gak hanya berpikir menikmati wisata air terjun tapi juga merasakan adanya kampung yang memenuhi energinya secara mandiri. Energi listrik bisa dari pembangkit listrik tenaga air, memasak bisa dari limbah kayu dan juga biogas. Kita buat pertanian terpadu kombinasi pohon, tanaman buah dan syur dan peternakan.” Saya mencoba mendetailkan ide Pak Mardyanto.

“Kampung Mandiri Energi. Wah mantap kalau bisa jadi itu Pak.” Jawab Pak Mardyanto.

Itulah perbincangan singkat saya dengan Pak Mardyanto, seorang dermawan yang tidak hanya ingin mewakafkan lahannya, tapi juga ingin mensejaterakan masyarakat. Ide Kampung Mandiri Energi menjadi sebuah pemikiran saya sampai saat ini. Kampung mandiri energi yang tidak mengandalkan energi fosil (bahan bakar minyak konvensional), namun justru bertumpu pada sumberdaya yang bisa dibudidayakan dan dirawat serta ramah lingkungan. Ada tiga energi alternative yang murah meriah, mudah dibuat dan ramah lingkungan yaitu energi dari aliran air, energi dari kayu (pohon) dan energi dari limbah pertanian (limbah buah, sayur dan kotoran ternak). Tiga energi alternatif ini bisa diimplementasikan oleh individu atau kelompok masyarakat. Energi alternative tersebut tidak membutuhkan investasi yang besar bahkan justru berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahan baku energi tersebut ada di sekitar masyarakat dan pengadaannya tetap mempertahankan budaya yang sudah ada seperti bertani, beternak dan memanfaatkan air sungai. Dari alasan-alasan teersebut bisa dikatakan ini adalah pengembanganan energi alternative berbasis masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline