Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Nenek Renta yang Membutuhkan Bantuan

Diperbarui: 30 Desember 2015   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Nenek Kartini di rumah tinggalnya (Dok. pribadi 29/12/2015)"][/caption]

Malam kemarin (29/12/2015) saya dan dua orang mahasiswa IPB menengok seorang nenek renta sebatang kara. Nenek Kartini namanya. Usia beliau sekitar 65 tahun. Beliau tinggal di sebuah rumah kosong yang tidak layak huni yang dikelilingi oleh semak belukar di Perumahan Dramaga Hijau, dekat dengan Kampus IPB Dramaga Kabupaten Bogor.

Nenek Kartini hidup dalam kegelapan setiap hari karena rumah yang ditinggalinya tanpa listrik. Untuk kebutuhan MCK, nenek tua ini harus bertatih-tatih ke sungai yang terletak sekitar 20 m dengan jalan menurun karena rumah ini tanpa toilet. Nenek ini tinggal di satu ruangan berukuran 3x3 m yang tersisa di rumah kosong dengan pintu rusak. Seringkali barang-barang nenek ini hilang karena memang rumahnya sangat terbuka dan rawan dari segi keamanan. Lengkaplah suasana rumah ini, gelap, tanpa toilet, dan rawan keamanan.

Nenek ini kakinya tidak normal (pincang) sehingga perlu perjuangan berjalan untuk menuju tempat tertentu dengan tongkatnya. Menurut beliau, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, beliau bekerja serabutan dari membersihkan rumput, membantu mengangkut barang, menjaga warung dan dari sedekah warga yang kasihan dengan beliau.

Berbicara tentang keluarganya, nampak bahwa nenek ini hidup tanpa perhatian keluarganya. Beliau mengaku punya sanak saudara yang tinggal di Dramaga, dekat dengan tempat tinggal beliau tapi sepertinya tidak bisa tinggal di sana. Bahkan nenek ini bercerita bahwa suami dan anaknya masih ada, tapi lagi-lagi informasi yang kami terima tidak membuat kami gembira. Nenek Kartini hidup sebatang kara karena tidak ada keluarganya yang bisa merawat beliau.

"Dik, nginap di sini, ya?"

Malam itu nenek menyambut kami dengan gembira sambil melontarkan sebuah permintaan. Duh, saya menyesal tidak bisa memenuhi permintaan nenek malam itu. Saya baru sadar bahwa hidup nenek ini sangat kesepian.

Sudah 3 bulan, saya dan beberapa membuat program mengunjungi Nenek Kartini karena alasan kemanusiaan. Tio dan Muhajirin, mahasiswa program pascasarjana sudah beberapa kali mengunjungi nenek ini. Saya baru kali pertama mengunjungi nenek ini. Kami membawakan sesuatu untuk bisa dinikmati nenek ini menemani suasana gelap dan sepi di antara beberapa rumah yang nampak bagus di Perum Dramaga Hijau. Kami bawakan mukena, kerudung panjang, kue lapis, jeruk, dan kain. Semoga barang-barang ini bertahan lama.

[caption caption="Bersama Nenek Kartini di "Rumah" nya (dok pribadi 29/12/2015)"]

[/caption]

Saat kami tanyakan tentang ibadah nenek ini, beliau katakan sudah shalat dan sering mengaji. Kami mengetes salah satu bacaan yang sering beliau baca, yaitu Surat yasin. Saya rekam bacaan Surat Yasin. Subhanallah, beliau mampu menghafal surat yasin sampai 10 ayat pertama. Beliau juga menghafal surat Ar Rahman. Untuk kali ini beliau menghafal dengan beberapa ayat yang melompat-lompat dan salah. Tapi saya makin merasa dekat dengan nenek ini. Dan saat nenek ini kami berikan hadiah, beliau lalu memanjatkan doa buat kami. Kami sangat terharu. Kami semakin mantap untuk menolong nenek renta ini.

Ketika kami mulai beranjak berpamitan dengan nenek, senter saya menyorot wajah sang nenek. Saya melihat mata Nenek Kartini basah. Nenek ini menangis, entah menangis haru, atau sedih karena akan kesepian lagi. Saya merasakan bahwa nenek ini begitu kesepian. Kesepian yang dirasakan oleh nenek tua yang seharusnya dirawat oleh keluarganya di akhir masa tuanya. Mata saya juga berkaca-kaca. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline