Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Ada Asap Di Balik Senyum Perokok

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13386243281343716688

[caption id="attachment_185254" align="aligncenter" width="298" caption="Perokok (dok. Kompas.com)"][/caption]

“Mas, turun dimana?”

Seorang pemuda penumpang satu bus Pahala Kencana Jurusan Bandung – Denpasar tiba-tiba menyapa dan duduk di kursi kosong di samping saya.

“Saya di Situbondo, Mas.”

“Asli Situbondo, ya?” tanya pemuda itu.

“Ya, Mas,” jawab saya singkat

Selanjutnya pemuda tadi bercerita banyak tentang pekerjaannya di Bali. Bahkan dengan akrab dia juga menceritakan keluarganya yang sedang sakit. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan yang tidak disangka muncul.

“Mas, punya rokok? Saya lupa beli tadi.”

“Wah saya tidak merokok, Mas.” jawab saya

Mendengar jawaban saya, pemuda itu langsung berubah mukanya. Muka ramah dan penuh keakraban mulai menghilang. Akhirnya dia beranjak dari samping saya dan kembali ke tempat duduknya semula. Ternyata pemuda tadi hanya ingin meminta rokok pada saya. Dia berpura-pura akrab dan penuh dengan basa-basi dengan harapan dapat rokok dari saya. Keramahan yang ia tunjukkan ternyata ada asap rokok dibaliknya.

Kejadian yang hampir sama beberapa kali saya alami, dimana perokok dengan muka manisnya berpura-pura akrab agar dapat rokok dari saya. Mereka, perokok yang berinteraksi dengan saya,  rela berakrab ria dengan orang yang baru dikenalnya untuk sekedar dapat rokok.

Sebagian perokok menjelma menjadi manusia “kreatif” dan pandai bergaul dengan orang lain. Sayangnya, kreatifitas mereka selalu berujung pada asap yang harus mengepul dari mulutnya. Namun disisi lain, terlihat sebagian perokok kehilangan rasa malunya untuk tanpa ragu-ragu meminta api atau bahkan meminta rokok pada orang lain tanpa bertanya apakah yang diminta juga merokok atau tidak.

Saya tidak ingin menyebut ini sebagai perilaku negatif yang timbul akibat kecanduan rokok. Mungkin saya hanya ingin menyebut bahwa perokok sulit berpikir lebih jernih dan tulus dalam berinteraksi ketika keinginannya untuk merokok sudah memuncak.

Ini sebuah renungan saya menyemarakkan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei. Tak hanya masalah kesehatan yang mengganggu kehidupan perokok, namun juga interaksi yang berujung pada asap, cukup mengganggu interaksi sosial yang tulus.

Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Merokok bisa menggangu ketulusan berinteraksi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline