[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Anak-anak riang mandi hujan (dok. pribadi)"][/caption] “Hore hujaaaan” teriak anak-anak saya.
Mereka serentak masuk ke dapur. Bukan menghindar hujan, tapi bersiap-siap bermain-main dengan hujan alias mandi hujan. Anak saya yang paling kecil, Aisyah, 3 tahun, bersama teman sebayanya, Naila, tanpa peralatan apapun langsung menembus hujan dengan riangnya. Aisyah dan Naila melompat-lompat, dan menari menikmati guyuran air hujan.
Beda Aisyah beda pula kakaknya. Nuha, anak pertama saya, hanya berani berhujan ria dengan payung, tapi ia tetap menikmati hujan deras dengan senang. Sementara Muthi dan Faruq, anak kedua dan ketiga saya, merasa nyaman diguyur hujan dengan memakai mantel hujan. Mereka berlima larut dalam guyuran hujan, berbecek ria, ciprat-cipratan, berlari-larian dan berlompat-lompatan. Hujan adalah ‘sahabat’ bermain yang sangat menyenangkan bagi mereka.
[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Mandi Hujan, bebas berekspresi dan melatih memperkuat daya tahan tubuh (dok. pribadi)"]
[/caption]
Hujan sudah mereda. Anak-anak saya masuk rumah dan segera mandi. Setelah mandi dan ganti baju, mereka kembali “ngacir” keluar untuk bermain-main. Anak-anak memang “tak ada matinya” kalau sudah urusan bermain-main.
Di Bogor, hujan bukan menjadi sesuatu yang asing. Hampir setiap hari turun hujan. Hujan deras tak lagi menjadi penghalang masyarakat untuk beraktifitas. Tapi tidak banyak orang gembira dengan turunnya hujan. Ada sebagian orang yang mengeluh, membatalkan acara dan bahkan menyalahkan hujan. Tidak begitu dengan anak-anak saya. Mereka justru sangat gembira ketika hujan. Mandi hujan adalah wujud kegembiraan mereka menyambut hujan.
[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Mandi Hujan, ciprat-cipratan, lari-larian, lompat-lompatan, sungguh menyenangkan (dok. pribadi)"]
[/caption]
Saya merasa senang sore ini setelah menyaksikan anak-anak bermain hujan. Kebiasaan bermain saya waktu kecil akhirnya bisa saya “turunkan” pada anak-anak saya. Saya tidak terlalu khawatir dengan ancaman tercenarnya air hujan, petir dan sakit setelah mandi hujan. Ketika saya menginzinkan mereka tentu ancaman tersebut sudah saya pertimbangkan. Rumah saya di perkampungan yang tidak banyak lalu lalang kendaraan dan banyak pohon. Faktanya, berkali-kali anak saya mandi hujan, Alhamdulillah mereka tidak sakit.
Saya mencoba menarik hikmah dengan suasana mandi hujan anak-anak saya. Apa hikmah mandi hujan sore ini bagi saya, anak-anak saya atau buat kita?
- Anak-anak tak pernah mengeluhkan cuaca yang buat sebagian orang tua menjadi penghambat dan masalah. Mereka menjadikan hujan sebagai “sahabat” yang menyenangkan untuk bermain. Turun hujan adalah saat mereka bersyukur karena belum tentu akan dating kesempatan main hujan kembali.
- Dengan mandi hujan, anak-anak berusaha melakukan adaptasi terhadap lingkungan bukan menghindarinya. Bagi anak-anak yang sering mandi hujan, tubuhnya akan terbiasa dan mereka memiliki daya tahan yang lebih dalam menghadapi lingkungan khususnya cuaca.
- Anak-anak menjadi lebih kreatif dan aktif ketika senang dengan hujan. Saat mandi hujan, mereka bisa berekpresi bebas, melompat, berbecek ria, menari, berteriak dan berlari meluapkan kebebasan. Mereka bisa melupakan sejenak aktifitas permainan yang membuat tubuh malas bergerak seperti menonton atau main game.
- Setelah mandi hujan, mereka terbiasa untuk segera mandi. Ini berguna agar anak-anak bisa memahami makna keseimbangan antara bermain dan kewajiban menjaga diri agar tetap sehat.
Saya mendapat pelajaran berharga dari peristiwa mandi sore anak-anak saya. Saya harus bisa menikmati sesuatu yang diberikan-Nya dengan syukur, beradaptasi dan menjadikannya sebagai “sahabat” dalam hidup. Anak-anak saya juga memberi pesan pada saya untuk tidak banyak mengeluh pada tantangan, bersikap seimbang dan mengambil manfaat dari setiap peristiwa.
Terima kasih anak-anak!