Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Berbagilah di KRL atau Hatimu Sudah Gelap

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13323102241298878467

Kemarin (20/03/2012) saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Kompas.com. Ada apa ya? Kunjungan ini bukan kemauan saya. Ini karena saya dengan ‘terpaksa’ menjadi komuter kembali karena harus mengambil hadiah dari iB Blogshop Negeri 5 Menara ke ‘markas besar’ (mabes) kompasiana. Ini kali pertama saya berkunjung ke ‘Mabes’ kompasiana yang berada di komplek Gedung Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No. 22-28 Jakarta Barat.

Saya memutuskan untuk kembali menjalani perjalanan dengan KRL Jabodetabek. Kali ini saya naik Jalur Bogor Tanah Abang dan ini juga yang pertama saya alami. Biasanya saya menumpang jurusan Bogor – Jakarta Kota. Kali ini saya bersiap menghadapi kisah klasik yang biasa diceritakan banyak orang tentang KRL.

Persepsi tentang dunia ‘hitam’ KRL yang menyeramkan saya lupakan sejenak. Saya hanya mengingat akan hadiah yang akan dibawa pulang nanti berupa Smartphone Android seperti yang dijanjikan panitia Blogshop. Namun saya tetap waspada dengan barang bawaan saya agar setelah turun dari KRL semuanya dalam kondisi aman.

KRL komuter jurusan Bogor Tanah Abang mulai merayap meninggalkan Stasiun Bogor. Karena saya berangkat pukul 11.15, masih tersisa tempat duduk untuk saya. Saya yakin ini takkan bertahan lama. Saya prediksi hanya bisa duduk nyaman sekitar 10 menit, karena tantangan untuk berbagi segera datang.

Ternyata dugaan saya benar. Pintu KRL terbuka dan penumpang Ibu-ibu dan anak-anak dari Stasiun Cilebut masuk ke gerbong yang saya naiki. Tiga anak kecil berumur 5 – 8 tahun berada agak jauh di depan saya. Sementara tepat di depannya seorang anak muda berpenampilan perlente diam dan senyum-senyum sendiri. Saya pun merasa tidak enak duduk sementara tiga anak dan seorang ibu tergoncang-goncang tanpa pegangan.

[caption id="attachment_169944" align="aligncenter" width="336" caption="Bergelantungan di KRL, sudah biasa (dok. pribadi)"][/caption]

“Ibu, silahkan duduk.” Saya memberikan tempat duduk saya.

“Ibu turun dimana?” Tanya saya. “Di Tebet” Si Ibu menjawab datar.

Ternyata inisiatif saya diikuti oleh orang yang duduk sebelah saya dan dia juga memberikan tempat duduknya pada Ibu dan tiga orang anak itu. Saya juga memperhatikan ada penumpang lain yang jaraknya tiga meter dari saya memberikan tempat duduk pada pasangan muda yang membawa balita. Duh, sejuk hati saya melihat fenomena itu. Sementara saya agak kecut melihat anak muda perlente yang masih senyam-senyum tidak jelas dan duduk ‘anteng’ di hadapan wanita yang bergelantungan di tali pegangan.

[caption id="attachment_169945" align="aligncenter" width="448" caption="Tertidur atau cuek, ada ibu-ibu masih berdiri di depannya (dok. pribadi)"]

1332310316238816932

[/caption]

Saya pandangi pemuda ‘perlente itu’ dan apa yang terjadi? Seolah ia tahu maksud saya, akhirnya pemuda itu beranjak dari duduknya dan memberikan kursinya pada ibu separuh baya. Alhamdulillah, saya benar-benar lega. Sungguh suasana yang indah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline