Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Kriuk-kriuk Belalang Goreng Gunung Kidul

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1330259215375822827

[caption id="attachment_165297" align="aligncenter" width="604" caption="Belalang Goreng Gunung Kidul (dok. pribadi)"][/caption] Malam itu saya dan kawan-kawan dari Universitas Brawijaya Malang (UB) berkumpul di ruang pertemuan Kelompok Tani Hutan Sedyo Makmur Desa Ngeposari Semanu Gunung Kidul. Kami mendiskusikan pelaksanaan praktek lapangan pengukuran potensi karbon di hutan. Diskusi ringan penuh keakraban tiba-tiba terhenti oleh hidangan yang aneh. Apa gerangan hidangan itu? Beberapa piring beling putih berisi tumpukan berwarna hitam. Hidangan lain adalah menu makan malam berupa nasi, sayur lodeh temped an krupuk. Pak Tambiyo tuan rumah yang juga Ketua KTH dengan ramah mempersilahkan kami untuk menyantap hidangan itu. Semua terdiam dan saling berpandangan termasuk saya. Sampai saya kemudian bertanya, “Apa itu, Pak?” Saya menunjuk sebuah piring yang berisi tumpukan ‘benda’ hitam kecil-kecil. “Belalang Goreng .” Beberapa orang kaget dan sebagian biasa saja. Saya termasuk yang antusias mendengar jawaban Pak Tambiyo. Tanpa ragu saya langsung ‘mengeruk’ Belalang Goreng dan menuangkannya di atas piring makan yang sudah tertumpuk nasi dan sayur. “Kriuk…kriuk…kriuk” suara renyah Belalang Goreng bersahutan dari mulut kami. Saya begitu menyukai Belalang Goreng ini. Selain renyah, rasanya gurih. Menurut teman saya, belalang kaya akan protein. Kelezatan kuliner unik Gunung kidul ini terletak pada rasa khas bumbu kecap yang meresap ke semua bagian belalang. Menurut Pak Tambiyo, belalang-belalang ini memang banyak dijual di pasar dan dipinggir jalan di daerah Kabupaten Gunung Kidul. Penjual belalang menjalin belalang dengan senar satu-persatu hingga membentuk rentengan memanjang. Harga belalang mentah berkisar Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per renteng. Penjual menangkap hewan yang gesit ini di hutan, sawah dan ladang petani. Meski banyak ditangkapi, belalang ini tidak akan habis karena populasinya tersedia sangat melimpah. Bahkan kalau tidak ditangkapi belalang ini akan menjadi hama dan merugikan petani. Petani menangkapi belalang dengan cara manual dengan tangan atau jaring tangan, tanpa merusak habitat mereka. Cara memasak Belalang Goreng tidaklah sulit. Cukup dibuang bagian punggungnya (karena rasanya pahit), lalu belalang tersebut dibacem (direbus sampai airnya habis). Bumbu bacemnya cukup bawang putih, bawang merah dan sedikit garam. Setelah dibacem, lalu belalang digoreng dengan tambahan bumbu kecap. Mudah kan? “Ayo makan! Enak kok.” Seru kawan saya, seorang dosen senior UB yang menawarkan Belalang Goreng pada mahasiswanya yang ikut dalam rombongan. “Nggak, Pak.” Sang mahasiswa menolak halus sambil menggetar-getarkan bahunya. Saya yakin mahasiswa itu menolak karena takut muntah karena tidak biasa makan makanan ‘aneh’. “Pak, nambah ya?” Saya kembali mengeruk tiga sendok Belalang Goreng , Ketagihan atau kelaparan, ya? Salam Kuliner Nusantara...Kriuk Kriuk :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline