Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Mencintai Pohon Melalui Dongeng dan Lagu

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13291017611137137830

Ada sesuatu yang berbeda di hutan CIFOR Kelurahan Situgede Kecaatan Bogor Barat Kota Bogor di hari Minggu 11 Desember 2011. Siang itu seratusan anak-anak, remaja dan orang tua berkumpul di bawah teduhnya pepohonan meranti. Mereka sedang mengikuti acara Hari Pohon Sedunia yang diadakan Komunitas Pohon Inspirasi dan LSM LATIN (lembaga Alam Tropika Indonesia). Dengan memakai topi yang terbuat dari dedaunan kering dari hutan CIFOR, mereka asyik bermain game pohon dan saling berkenalan.

[caption id="attachment_162418" align="aligncenter" width="599" caption="Game Pohon (dok. pribadi)"][/caption]

Sampailah acara yang ditunggu-tunggu peserta dan terutama saya, yaitu membacakan dongeng pohon. Dongeng ini saya karang dari adaptasi beberapa cerita dan sudah pernah di posting di grup Facebook POHON INSPIRASI, berjudul “Kasih Tak Berbalas”. Salah satu guru TK Amanah Bandung yang ikut berpartisiasi daama cara ini, sebut saja namanya Bunda, sudah menyiapkan diri dengan matang untuk membawakan dongeng. Mereka membentuk tim dan melibatkan “malaikat kecilnya” untuk ikut mendongeng. Hebatnya lagi mereka membawa alat peraga berupa pohon yang terbuat dari kertas serta boneka. Mereka juga memakai topi berbentuk lingkaran penuh bunga. Sungguh tim yang hebat.

[caption id="attachment_162419" align="aligncenter" width="614" caption="Mendengarkan dongeng pohon di Hutan Situgede (dok. pribadi)"]

132910180756004055

[/caption]

Mulailah Bunda mendongeng dengan ekspresi yang sangat tepat dan mengharukan. Hampir 100 peserta yang terdiri dri anak-anak, remaja dan orang tua terpukau mendengar dongeng pohon. Menjelang akhir cerita, saya melihat beberapa peserta larut dalam cerita yang mengharukan. Ada tetes air mata haru di akhir sesi dongeng ini. Bunda melanjutkan cerita akhir dari dongeng pohon.

”Esok harinya, dengan lunglai si anak petani kembali mendatangi pohon besar yang tinggal akarnya ini. Pohon besar menyapa lebih dulu. ”Bagaimana kawanmu, Adik kecil? Apakah telah kalian temukan?” “Huuhuuhuu… huhuhuhuhu...” tangis si anak petani akhirnya meledak. “Kawanku sudah meninggal, aku tak lagi memiliki etman untuk bermain, Pohon...” jawab si anak petani sesenggukan. “Berbaringlah, peluklah akar-akarku, kau pasti merasa lebih baik. Aku akan setia menemanimu...” Pohon besar mengeluarkan udara sejuk dari akar-akarnya hingga si anak petani tertidur.

Semua senyap. Mereka terkesima dan tak sadar bahwa dongeng sudah berakhir. Mata-mata sembab saya lihat dari seratusan anak-anak dan remaja. Juga mata Bunda yang terlihat sisa air mata meski sudah disekanya.

[caption id="attachment_162420" align="aligncenter" width="576" caption="Peserta antusias mendengar dongeng pohon (dok. pribadi)"]

13291019261155349995

[/caption]

Dongeng yang mengharukan itu akhirnya berubah ceria setelah lagu pohon dikumandangkan bersama Bunda dan “Para Malaikat Kecil” penyelamat bumi.

Akulah pohon tempat berteduh. Ini batangku dan ini dahanku. Ini rantingku & ini daunku. Jika aku tumbang ke kanan..krek krek krek.(sambil menggerakkan kepala dan pinggang ke kanan) Jika tumbang ke kiri..krek krek krek. .(sambil menggerakkan kepala dan pinggang ke kiri) Jika tumbang ke belakang..krek krek krek. .(sambil menggerakkan kepala dan pinggang ke belakang) Jika tumbang ke depan..krek krek krek (.(sambil menggerakkan kepala dan pinggang ke depan)

Tepuk tangan menggema. Saya rasa pohon-pohon meranti di sekeliling kami juga tersenyum pada kami saat itu. Seandainya pohon punya tangan yang bisa digerakkan, mereka juga akan bertepuk tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline