Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Bahkan Kodok dan Tikus pun Sulit Menyeberang Jalan

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13273878541688966146

[caption id="attachment_158089" align="aligncenter" width="604" caption="Pengendara Bermotor yang Penuh dengan Muatan (dok. pribadi)"][/caption] Barangkali bermacam kesan yang terungkap setelah melihat gambar di atas. Sebuah pemandangan yang lazim melihat perilaku berkendara masyarakat Indonesia. Keselamatan diri dan orang lain seolah terabaikan demi penghematan dan efesiensi waktu. Gambar dia atas sedikit banyak terkait dengan perbincangan hangat dan deras saat ini berkisar tentang kecelakaan maut. Banyak yang membahas dari sisi penyebab, gaya hidup pelaku, kondisi transportasi, peran kepolisian dan bela sungkawa pada keluarga korban. Sisi lain yang perlu jadi bahan intrrospeksi salah satunya adalah perilaku pengendara kendaraan bermotor sendiri yang membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Kita bisa tengok ke belakang data tentang kecelakaan kendaraan. Berapakah yang mati di jalan dan siapa mereka? Kompas.com merilis berita terkait mudik lebaran, berdasarkan data Mabes Polri, total kecelakaan lalu lintas pada Lebaran 2011 berjumlah 6.280 insiden. Kecelakaan sepeda motor sebanyak 4.482 insiden atau naik 46 persen dibandingkan dengan 2010 sebanyak 3.080 insiden. Kecelakaan terbanyak kedua terjadi pada mobil penumpang, yakni sebanyak 865 insiden atau naik 21 persen dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 714 insiden. Di urutan ketiga adalah kecelakaan mobil barang yang mencapai 546 insiden atau naik 14 persen dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 481 insiden. Dalam rilis metopostonline, Ketua KNKT Tatang Kurniadi, mengatakan, ada sekitar 46 investigasi yang dilakukan dan menghasilkan 99 rekomendasi. Kesimpulannya, penyebab tertinggi kecelakaan transportasi tahun lalu dikarenakan faktor manusia atau human factor. Ketua KNKT menarik kesimpulan bahwa Safety culture (budaya keselamatan) di masyarakat kita masih belum terbangun sempurna. Baik di tingkat regulator, operator, maupun di kalangan Investigator KNKT sendiri, masih relatif lemah. Sedangkan Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno kepada Jurnal Nasional, Minggu (1/1) berpendapat bahwa manusia memegang peran penting menurunkan angka kecelakaan. Cuma selama ini kebijakan yang dibuat tak pernah bisa menurunkan angka kecelakaan tersebut. Sebakai Biker, saya menjadi saksi (sesekali mungkin jadi pelaku) betapa perilaku berkendara masyarakat sebagian tak peduli pada nyawanya sendiri dan nyawa orang lain. Dengan alasan dikejar waktu, penghematan biaya transport dan mengejar target pekerjaan, pengendara motor khususnya “lari” kencang bak dikejar setan. Seolah besok adalah kiamat, motor melaju tanpa mau dihambat oleh apapun Padahal pengendara motor adalah paling lemah di jalan bila harus berhadapan dengan mobil. Bus, dan truk. Jalan trotoar tempat pejalan kaki pun habis “dijajah” oleh mobil parkir, pedagang kaki lima dan pengendara motor yang menyerobot,saat lalu lintas padat. Untuk berjalan kaki di tempat yang jadi hak-nya saja, pejalan kaki sudah hampir tidak bisa. Jangan-jangan kodok dan tikus got pun tidak berani lagi menyebarang jalan karena jalanan kini banyak dikuasi manusia perenggut nyawa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline