Lihat ke Halaman Asli

Achmad Siddik Thoha

TERVERIFIKASI

Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pak SBY Akankah Anda Menunggu Sampai Riau "Menghilang"?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1394762443683940018

[caption id="attachment_315626" align="aligncenter" width="480" caption="Surat Riau untuk Indonesia yang anyak beredar di media sosial dan BBM "][/caption]

Riau, siapa yang tidak mengenalnya. Bila Anda ke berbagai pelosok Provinsi ini, hampir bisa dikatakan ini Provinsi sangat kaya. Minyak Bumi tak habis-habisnya. Sampai sebah perusahaan raksasa minyak membuat jalan raya khusus di provinsi ini. Kayu, jangan bilang sudah habis. Mobil pengangkut kayu masih lalu lalang di kota-kota di Riau. Apa lagi? Tentu saja Perkebunan Kelapa Sawit, yang mengubah keragaman pesona alam Riau menjadi lahan berpetak dengan pemandangan seragam hamaparan lahan sawit. Belum lagi beberapa lahan perusahaan hutan tanaman industri, IUPHHK HA (Izin Usaha Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam) dan perusahaan skala besar lain. Riau kaya nian.

Tapi sekarang apa yang terjadi di Riau? Sudah lebih dua bulan Warga Riau bertahan dalam bekapan asap dari kebakaran hutan dan lahan. Tumbuhan pun mulai menguning dan layu karena terlalu lama terpapar oleh asap kebakaran. Warga Riau bertahan hidup dalam perihnya asap dan sesaknya udara yang beracun. Mereka juga terjebak disana karena bandara hampir lumpuh. Banyak pesawat membatalkan penerbangannya.

[caption id="attachment_315628" align="aligncenter" width="302" caption="Tumbuhan yang layu terpapar kabut asap (dok. Rahma Del Fitri-Pekanbaru, 13 Maret 2014)"]

1394762566419655885

[/caption]

Aktivitas warga pun hampir lumpuh. Sekolah sudah diliburkan 4 hari ini. Tidak hanya sekolah, kampus pun juga diliburkan untuk membatasi warga beraktiitas di luar ruangan. (Baca Kompas.com : Mereka yang Harus Bertahan di Tengah-tengah Kabut Asap)

Dokter Alex Ginting,  dokter spesialis paru-paru dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi TVone Kamis 14 Maret 2014 menyatakan bahwa kabut asap di Riau sangat rumit karena hasil pembakaran biomass. Asap hasil pembakaran biomassa menghasilkan partikel besar dan kecil. Partikel kecil sangat berbahaya karena masuk ke saluran pernafasan, sampai bisa menyempitkan saluran pernafasan. Semakin kecil partikel asap semakin banyak yang bisa mengendap di Paru-paru.

Lebih lanjut dr. Alex menyebutkan Dalam waktu panjang akan mengiritasi saluran nafas dan memberi reaksi radang yang akhirnya bisa engakibatkan batuk melendir. Bagi masyarakat yang sensitive, seperti penderita asma dan anak kecil bahayanya akan semakin besar. Bahkan bahayanya akan terus timbul setelah tidak ada kabut asap.

Rilis berita Kompas.com, kualitas udara di Riau sudahsangat buruk dan perlu dievakuasi.

"Kalau sesuai standar Kementerian Lingkungan Hidup, semestinya warga yang berada pada daerah kualitas udara buruk itu sudah harus dievakuasi. Ini yang harus menjadi perhatian dari Satgas dan pemerintah daerah," ujar Kepala Sub Bidang Infromasi Pusat Pengelolaan Ekologi Regional Sumatra Kementerian Lingkungan Hidup, Laura Paulina, Kamis (13/3/2014). (Baca  Kompas.com : Menteri Kehutanan: Masalah Asap, kita “All Out”)

Dua alat deteksi di Kota Pekanbaru menunjukan angka 305 dan 402 Psi (pollutant Standar Index). Angka indeks lebih dari 300 berarti pencemaran sudah sangat berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuhan.

Kondisi yang sama juga terdeteksi di Kabupaten Siak. Tiga alat menunjukkan angka 347, 500, dan 464 Psi. Di Kabupaten Bengkalis, polusi asap juga berada di level berbahaya. Indeks pencemaran di dua alat milik PT Chevron Pacific Indonesia di daerah Duri menunjukan angka 450 dan 500. Sementara itu, indeks pencemaran di Kota Dumai menunjukan angka 183 atau dalam ambang batas level "Sangat Tidak Sehat".

Data Satgas Tanggap Darurat Asap Riau menunjukkan selama Februari hingga pertengahan Maret ini lebih dari 51.600 warga sakit akibat polusi asap.

[caption id="attachment_315625" align="aligncenter" width="427" caption="Warga Riau bertahan dalam bekapan Kabut Asap (sumber twitter @pekanbaruco)"]

13947623141662372070

[/caption]

[caption id="attachment_315632" align="aligncenter" width="288" caption="Hastag #SaveRiau yang jadi Trending Topic Indonesia di twitter pagi ini hingga 09.09 WIB 14 Maret 2014"]

13947629621415563798

[/caption]

Hingga pagi ini, banyak warga Riau yang bersuara melalui jejaring sosial tentang kondisi yang bertahan dalam kepungan kabut asap. Media Jawa Pos menyebut bahwa Riau seperti Sauna Raksasa, karena warga bermandi asap dimana-mana. Beberapa gambar yang diunggah menyebutkan sebagian lokasi sudah akan menghilang dalam pandangan mata warga Riau.

Sampai saat ini Riau belum mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Kekesalam warga Riau sampai terungkap dalam bentuk Surat Riau untuk Indonesia yag banyak disebar oleh warga di dunia maya. Sejak pagi tadi hastag #PrayforRiau dan #SaveRiau sudah menjadu Trending Topic di twitterland. Sementara pemerintah dipandang warga Riau belum belum terlihat serius menangani bencana kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan ini. Berikut suara sebagaian warga tentang Kabut asap di Riau di hastag #PrayForRiau

Meell ‏@ameellvictoria 12m : Lihat ini pak, kabut asap semakin parah RT"@SBYudhoyono #PrayForRIAU #PrayForPKU

[caption id="attachment_315623" align="aligncenter" width="360" caption="Gelap oleh kabut asap, gambar diunngah oleh warga di twitter"]

1394762171722244727

[/caption]

#PrayforRiau#repath (with Rani) [pic] — path.com/p/2UvBnm

[caption id="attachment_315624" align="aligncenter" width="384" caption="Kondisi kabut asap di Riau yang banyak disebar oleh warga di twitter dan path"]

13947622302103619713

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline