Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Agribisnis Cabe Merah

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Berdasarkan Info BMKG, memanasnya suhu muka laut dan tidak terjadinya musim kemarau pada tahun ini merupakan kondisi penyimpangan anomali alam yang tergolong paling ekstrem pada data pemantauan cuaca yang pernah dilakukan di Indonesia. Anomali ini diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2011.

Kondisi ini merupakan fenomena cuaca yang langka. Bahkan, periode kejadian anomali ini pun tergolong berlangsung paling lama berdasarkan data yang dimiliki BMKG selama ini. ”Meningkatnya pemanasan suhu muka laut ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2012,” ujar Sri Woro B Harijono, Kepala BMKG belum lama ini. Fenomena anomali alam perubahan ekstrim suhu tersebut merupakan potensi bahaya mengancam semua pembangunan pada berbagai sektor. Salah satunya pembangunan pertanian yang keberhasilannya akan sangat tergantung pada perubahan iklim. Untuk itu dalam pembangunan pertanian kedepan, khususnya di tahun 2011 termasuk para pelaku usahanya perlu mempelajari pengalaman ditahun sebelumnya dan mencermati kondisi iklim yang akan terjadi. Memperhatikan kondisi di tahun 2010, banyak terjadi system pengairan yang telah rusak dan tidak berfungsi mengakibatkan tidak terkontrolnya pengairan persawahan yang sangat tergantung pada fasilitas tersebut. Sehingga tidak sedikit panen padi dari lahan sawah yang beririgasi mengalami kebanjiran dan terserang hama./penyakit. Beberapa varietas unggul baru (VUB) padi sawah yang telah dihasilkan mengalami kegagalan mencapai potensi produksinya akibat kebanjiran.

Tidak hanya padi sawah, komoditas pertanian lainnya juga mengalami kegagalan dalam mencapai potensi produksi, seperti pada tanaman sayuran. Terutama untuk tanaman cabe merah yang saat ini harganya meroket hingga Rp. 60.000 per kg yang salah satunya diakibatkan di sentra daerah-daerah penanamannya mengalami penurunan produksi bahkan sama sekali tidak berhasil produksinya karena disamping akibat anomaly iklim juga karena meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Bromo. Dalam kondisi seperti ini jangan mengambil resiko tinggi bagi pelaku agribisnis, dengan harga yang tinggi kemudian latah menanam cabe merah dengan luasan lahan yang tinggi tanpa memperhitungkan factor-faktor lainnya. Pengalaman telah mengajarkan, pada tahun 2002harga cabe merah meroket menjadi Rp. 35.000, di tahun berikutnya pelaku usaha agribisnis (PT KISAR Sukabumi dan PT. Larasindo Bogor) dengan sistem investasi membuka puluhan kebun dengan luasan yang tidak sedikit di wilayah Jawa Barat, antara lain kebun cabe merah. Dampaknya positif harga cabe merah menurun dan bertengger di harga Rp. 7.000 per kg. Produksi cabe merah banjir di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dari kedua provinsi tersebutbiasanya sebagian besar di pasarkan ke Jawa Barat dan DKI Jakarta ternyata tidak bisa masukdan ditolak, dengan alasan over stock dan cabe merah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sianggap tidak segar. Sehingga wilayah Jawa Barat dapat dikategorikan sebagai wilayah pengendali harga cabe merah pada saat itu. Namun sangat disayangkan kedua perusahaan tersebutakibat mis manajemen mengalami kebangkrutan.

Jadi kalau mau buka usaha agribisnis jangan latah, hendaknya dapat mencermati factor-faktor yang mendukung maupun yang mempengaruhinya. Namun kalau dibekali ilmu dan pengalaman merupakan tantangan untuk meraih untung besar. Selamat berusaha agribisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline