Lihat ke Halaman Asli

Jakarta, Kau Sedang Tak Asyik! Aku Pamit Dulu

Diperbarui: 29 Maret 2020   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta Lengang. Sumber : www.kompas.com

Sejak wabah Covid 19 Ibukota jauh lebih kejam dari Ibu tiri. Levelnya sudah bukan ibu tiri lagi, mungkin sudah masuk level ibu syet dah, terutama dikalangan pekerja informal atau penerima upah harian.

Jakarta sebagai zona merah penyebaran Corona menerapkan berbagai macam kebijakan bagi masyarakatnya. Salah satunya adalah WFH (Work From Home) dan Physical Distancing.

Segala kebijakan tersebut, membuat Jakarta lengang. Rutinitas pegawai meskipun tidak terhenti tetapi jauh berkurang dari biasanya. Tak ayal penurunan pendapatan begitu terasa baik di sektor formal maupun informal.

Di sektor formal, penurunan pendapatan tidak begitu terasa. Selain besarnya gaji yang didapat, di sektor formal memiliki fundamental perusahaan dan individu yang kuat.

Pak Rudi, pekerja formal di sektor pemerintahan. Dia bekerja di pemerintahan sebagai administrator. Pendapatannya yang mengabdi sudah lebih dari 20 tahun mencapai dua digit.

"Kegiatan tidak ada jelas honor kegiatan juga tidak ada, terlebih perjalanan dinas. Saya sebulan bisa 2 sampai 4 kali melakukan perjalan dinas, dari situ lumayan mas Sejak WFH dan dilarang keluar kota, pendapatan dari situ berkurang", ucapnya.

Lain cerita, Pak Udin, salah seorang pekerja informal di Ibukota. Sejak pindah bekerja ke Jakarta, kehidupan istri dan anak di kampung lebih sejahtera. Pak Udin seorang driver Ojol (Ojek Online) dengan pendapatan harian dia mampu menghasilkan 4-5 juta per bulan.

Sebelum menjadi Ojol, dia menjadi buruh tani di kampung. Menggarap sawah orang membuat dapur Pak Udin jarang mengebul, hingga akhirnya dia memutuskan hijrah ke ibukota menjadi driver Ojol.

Kini Pak Udin pusing, wabah Corona membuat pendapatannya menurun drastis. Kustomer yang menghilang, membuat hari-harinya kebanyakan hanya nongkrong di pinggir jalan penuh ketidakpastian.

"Gini loh mas, orang-orang yang biasanya pake jasa ku iku prei. Gimana gak jebol isi dompet, opo aku tak mulih ae yoo. Tak garap sawah sek, nek wes normal balik maneh", tuturnya.

Pak Udin pun hendak pulang ke kampung halaman sampai kondisi normal. Meskipun dia tahu pendapatan di desa sangat minim, tetapi lebih baik berkumpul dengan keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline