Lihat ke Halaman Asli

Achmad Rafif

Begitu menyedihkan jadi anak bangsa merdeka | aku, sederhana namun berirama.

Armada Janda Inong Bale dan Sosok Laksamana Malahayati

Diperbarui: 21 Februari 2022   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

google.com

Laksamana Malahayati atau sering dikenal dengan Kuemalahayati adalah perempuan asal Kesultanan Aceh di  Aceh Besar. Malahayati lahir pada tahun 1550 dan beliau adalah anak dari Laksamana Mahmud Syah.

Malahayati tumbuh dari keluarga Sultan yang membentuk dirinya menjadi seorang perempuan yang gagah berani. Malahayati merupakan cicit dari pendiri Kerajaan Aceh Darussalam yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah.

Pada masa Bangsa Eropa mulai memasuki perairan Semenanjung Melayu dan Nusantara pertahanan perairan pada saat itu dipimpin langsung oleh Laksamana Malahayati dengan nama pasukan Inong Bale yang terdiri dari barisan prajurit perempuan janda yang ditinggal pergi para suaminya karena gugur di medan peperangan untuk menjaga Selat Malaka pada abad 16 Masehi. Dan, beliau membangun banteng pertahanan Inong Bale di sekitar Selat Malaka untuk mendukung suplai makanan dan amunisi perang. Jumlah pasukan Inong Bale diketahui sekitar 2000 pasukan perempuan janda dibawah pimpinan Laksamana Malahayati.

Jiwa kepemimpinan Laksamana Malahayati tidak dapat diragukan. Terlihat dari banyaknya pasukan yang bergabung dengan armadanya dan setia kepada Laksamana tersebut. Dalam berbagai catatan Sejarah, Laksamana Malahayati pernah menaklukan komandan Belanda Corneulis de Houtman pada saat terjadi duel diantara mereka di geladak kapal.

Keberanian Laksamana Malahayati bukanlah berangkat dari sesuatu yang dibuat-buat atau pun karena dendam semata. Namun beliau di didik dengan pendidikan Islam yang kuat dan juga ilmu kelautan yang mempuni karena Laksamana Malahayati mendapatkan pendidikan di Baitul Maqdis yaitu pusat pendidikan di Aceh pada masa itu. Walaupun salah satu penyebab Laksamana Malahayati turun ke medan peperangan dan memimpin langsung Pasukan Inong Bale sebagai bentuk kekecewaan beliau karena suami yang ia cintai harus gugur di medan perang.

Pertemuan Laksamana Malahayati dengan suaminya, Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief pada saat Malahayati menempuh pendidikan di Akademi Militer Mahad Baitul Maqdis yang merupakan Pusat Pendidikan tentara Kesultanan Aceh. Dan suaminya gugur dalam peperangan melawan pasukan Portugis di Teluk Heru dalam sebuah pertempuran yang memakan banyak korban dari pasukan Kesultanan Aceh. Namun, pada pertemupran itu armada Aceh berhasil menghancurkan Legiun Portugis.

Pasukan Inong Bale pada awalnya adalah pasukan para janda pahlawan dari Kesultanan Aceh yang telah gugur. Namun, seiring perkembangan armada tersebut mampu meningkatkan rasa nasionalisme para gadis-gadis Aceh yang juga ikut bergabung dalam armada Inong Bale. Dalam berbagai catatan sejarah, Inong Bale memiliki 100 kapal perang yang dilabuhkan pada Pangkalan Teluk Lamreh Krueng Raya. Kapal-kapal tersebut memiliki kapisitas 400-500 tentara dan mempunyai sekitar 5 meriam perang yang kecil maupun meriam besar. Dan itu membuat armada Inong Bale yang dipimpin Laksamana Malahayati menjadi salah satu yang disegani oleh pasukan Eropa yang ingin merebut wilayah di Semenajung Melayu dan Nusantara.

Dari tokoh Laksmana Malahayati ini kita dapat kesimpulan bahwa seorang perempuan dapat menjadi pemimpin suatu pergerakan atau bahkan ikut andil dalam mempertahankan Bangsa. Jiwa pemimpin Laksamana Malahayati menjadi sesuatu yang harus direnungkan tanpa melupakan nilai-nilai luhur pada perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline