Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Manisku

Diperbarui: 21 Mei 2016   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto | InstagramTahukah engkau, burung pun butuh angin untuk tetap terbang dan berbahagia diri. Tiada guna ia punya sayap yang serasi bila tiada angin yang berhembus. Benar bukan?

Copet-copet di pasar pun butuh kaki dan otak licik untuk terus lari tanpa tertangkap. Tiada guna pula mencopet bermodal tekad, manisku.

Gedung-gedung yang tinggi di Jakarta kita, butuh pondasi sekuat baja bukan? Bilamana hanya besi saja dalam sehari bisa ambruk. Bukan begitu, manisku?

Pagi sangat butuh matahari, manisku. Untuk apa? Menggantinya menjadi siang? Bukan. Untuk menerbitkan, manisku.

Senja punya harapan kepada malam juga, bukan? Malam menenggelamkannya dan sepasang-pasang mata menyaksikannya. Indah, manisku.

Tapi engkau, manisku. Butuh aku kah? Bila benar; aku ingin jadi angin dalam hidupmu agar kau terus merasa hidup, manisku.

 

17 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline