Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Aku Bercermin di Kaca 67 Tahun Laku Hidupmu

Diperbarui: 29 Mei 2020   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Padhangmbulan/HARIADI

"Apa, Ful tema malam ini?"
"Belum ada, Cak," jawabku.

Lalu orang yang aku panggil "Cak" kadang "Mbah" memanduku. Sejumlah pertanyaan diajukan. Aku tidak harus menjawabnya. Melalu pertanyaan-pertanyaan itu orang yang aku panggil "Cak" kadang "Mbah" menata tema acara pengajian malam itu.

Itulah malam paling berat yang aku alami setiap tanggal 15 bulan Jawa. Diamanahi sebagai pemandu acara Pengajian Padhangmbulan bukan pekerjaan yang enteng.

Ini forum bukan layaknya acara diskusi model kampus. Bukan seperti seminar di hotel berbintang. Bukan acara pengajian resmi layaknya majelis taklim. Bukan pula ritual dzikir tarekat tertentu.

Pengajian di desa Mentoro Kec. Sumobito Kab, Jombang merangkum semuanya, namun juga bukan semuanya. Padhangmbulan memang unik dan autentik. Barangkali di kolong jagat ini hanya Pengajian Padhangmbulan yang terasa susah untuk didefinisikan.

Orang yang aku panggil "Cak" kadang "Mbah" itu adalah Emha Ainun Nadjib. Briefing yang disampaikannya tak lebih dari lima belas menit. Namun, bobotnya tidak kalah dengan mengikuti kuliah selama dua jam lebih.

Apa yang aku dapatkan dari sesi briefing itu? Banyak, sangat banyak, sehingga saking banyaknya aku biarkan poin-poin itu mengendap ke dasar sel-sel otakku.

Satu yang bisa aku ceritakan di sini adalah soal keseimbangan. Ini terlihat sederhana, namun menerapkan keseimbangan pada acara yang berlangsung selama delapan hingga sepuluh jam membutuhkan stamina yang panjang dan stabil.

Apalagi jamaah yang datang latar belakang pendidikannya cukup beragam. Walaupun kebanyakan anak muda, tidak sedikit bapak-bapak atau ibu-ibu berusia lanjut ikut menggelar tikar di sana.

Pengajian Padhangmbulan telah berlangsung selama 26 tahun. Selama itu pula ini pengajian tetap terkesan ndeso. Apa adanya. Tidak memakai sponsor.

Dari mana biayanya? Dari rezeki yang ditanggung Allah, demikian keyakinan keluarga Cak Nun dan teman-teman di Omah Padhangmbulan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline