Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Antara Aturan Birokrasi, "Agama" Kejawen dan Pilar Kebudayaan Nusantara

Diperbarui: 9 Mei 2020   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu adegan dalam film pendek

Niat baik tidak selalu berjalan sesuai harapan. Bisa saja ia menemui kendala urusan teknis bahkan bertolak belakang dengan keyakinan seseorang.

Itulah yang dialami Mas Darno, petugas dari Kecamatan, saat blusukan ke daerah terpencil, dusun Rojoalas. Ia harus menemui Mbah Karsono, warga lansia yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), sebagai syarat mendapat Kartu Sehat Manula.

Di rumah berdinding kayu, berlantai tanah, dan ruang tamu khas rumah pedesaan, Mbah Karsono menerima "tamu agung".

"Tujuan kulo mriki, bade sosialisasi Kartu Sehat Manula," ucap Mas Darno. "Dados menawi Simbah gerah, Simbah ten Puskesmas napa rumah sakit, gratis, dibiayai pemerintah. Nanging, syarate kedah kagungan KTP."  

Persoalan mulai terjadi. Mas Darno minta "data" untuk pengisian KTP. "Oh, njeh, monggo, niku...," kata Mbah Karsono sambil menunjuk tumpukan batu "bata" di pojok ruang tamu.

"Mbah, kulo nyuwun data, sanes bata." Mas Darno mulai merasa kesal.

"Oh, data..." ujar Mbah Karsono mantab.

"Ngertos to, Mbah?"

"Mboten."

Pengisian data KTP pun dimulai. Tidak ada kendala saat Mas Darno bertanya nama lengkap, tanggal lahir, dan usia. Mbah Karsono menjawabnya secara polos. Ia mengaku tidak tahu tanggal dan tahun kelahirannya. Tidak pula ingat berapa usianya.

Pertanyaan berlanjut. "Menawi agama, Mbah?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline