Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Ramuan Tradisional yang (Masih) Dipandang Sebelah Mata

Diperbarui: 28 April 2020   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: jamu Jawa/kompas.com/DOK. BIRO KOMUNIKASI PUBLIK KEMENPAREKRAF

Sebaiknya kita tidak terburu-buru menuduh, kebiasaan yang turun-temurun dilakukan sejak nenek moyang adalah mitos. Tidak semua tradisi bisa dikenakan baju atau status mitos. Walaupun apa yang disebut mitos itu kadang hasil dari othak atik gathuk.

Budaya Jawa sarat dengan penemuan yang dilandasi oleh othak atik gathuk. Terkadang penemuan itu tidak masuk akal. Namun, sesuatu yang tidak masuk akal tidak otomatis mitos.

Sakit Udunen dan Pohon yang Ada Penghuninya

Anak kecil zaman dahulu dilarang duduk di atas bantal. Bisa udunen, katanya. Bagi pemikiran modern, larangan duduk di atas bantal yang mengakibatkan pantat udunen adalah mitos karena tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

Tentu saja sulit dibuktikan hubungan antara bantal, pantat dan sakit udun. Silakan melakukan penelitian yang melibatkan banyak responden. "Ancaman" sakit udun tidak pernah terbukti. Kabar yang tidak terbukti kebenarannya ini bisa disebut hoaks. Pemikiran modern menyebutnya mitos.

Jadi, hoaks itu disebarluaskan oleh nenek moyang kita sendiri. Benarkah demikian?

Siapa peneliti handal yang bisa membuktikan secara objektif anak yang duduk di atas bantal akan sakit udun? Hingga kelak matahari terbit dari utara, "ancaman" sakit udun tidak akan terbukti. 

Sakit udun setelah duduk di atas bantal adalah bahasa sanepan. Pantat, bantal dan sakit udun itu semacam password untuk memasuki pintu pembelajaran tata krama. Tidak pantas duduk di atas bantal karena ia tempatnya kepala saat tidur.

Pesan moral ini dikomunikasikan secara sederhana melalui pesan, "Jangan duduk di atas bantal nanti bisa udunen."

Contoh kasus lain, misalnya larangan menebang pohon tua di pinggir desa yang berusia puluhan atau bahkan ratusan tahun. Beredar keyakinan di masyarakat setempat, pohon tua itu ada penghuninya. Beberapa kali ditebang selalu gagal. Penebang bayaran yang ahli sekalipun keok oleh penghuni pohon tua. Kalau tidak sakit, ia malah meninggal dunia.

Masyarakat modern mengatakan itu hanya mitos. Baiklah, sebut saja itu mitos. Sekarang apa yang tidak mitos? Pohon ditebang lalu tanahnya diratakan untuk pembangunan pabrik? Mencemari sungai perkotaan dengan sampah-sampah? Menggunduli hutan dan mengusir semua satwa di sana? Atau merusak keseimbangan kampung Badui dengan meninggalkan sampah plastik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline