Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Karena Pohon dan Hewan adalah "Saudara Tua" Manusia

Diperbarui: 2 Maret 2020   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: pexels.com

Namanya Jacky. Dia punya adik namanya Rambo. Dua bersaudara ini lantas terpisah karena Rambo diadopsi dan dirawat tetangga saya.

Saya tidak sempat menunggu persalinan lahirnya Jacky dan Rambo. Sekitar jam 4 sore, sepulang kerja, saya mencari Supiah. Sepi. Saya memeriksa sudut ruangan. Di pojok ruang dapur, saya dapati Supiah baru saja melahirkan dua anaknya, Jacky dan Rambo.

Lantai tempat ia melahirkan anaknya sangat bersih. Tidak ada bekas apapun di atas lantai yang menunjukkan Supiah usai melahirkan anaknya. Supiah, Jacky dan Rambo adalah kucing kesayangan keluarga saya. Kini, Jacky berusia dua tahun dan selama itu pula ia hidup bersama kami.

Saudara Tua yang Harus Disayangi 

Saya sampaikan pada anak bungsu saya yang berusia tujuh tahun bahwa hewan adalah saudara tua manusia.

Tentu saja dia bingung. Dipikirnya manusia itu ya bersaudara sesama manusia. Adik bersaudara dengan kakak. Kita adalah saudara dari Paman, Pakdhe, Budhe dan seterusnya.

"Mengapa manusia bersaudara dengan hewan?" tanya anak saya. Ngobrol santai pun dimulai.

Sebelum ada manusia, Tuhan menciptakan hewan terlebih dahulu. Sebelum hewan, Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan. Sebelum tumbuh-tumbuhan, Tuhan menciptakan air, api, tanah, udara.

Kurang lebih urutannya seperti ini: Tuhan menciptakan materi (tanah, air, api, udara dan unsur pendukung lainnya). Materi yang bisa tumbuh jadilah pohon atau tumbuh-tumbuhan. Materi yang bisa tumbuh, beranak pinak dan bergerak mengisi ruang jadilah hewan.

Setelah semua itu tercipta, Tuhan menurunkan manusia ke bumi. Jadi, kita, manusia, adalah "generasi bungsu" dari proses sangat panjang penciptaan alam semesta. Hewan, tumbuh-tumbuhan, air, api, tanah dan udara adalah "saudara tua" .

Anak saya diam. Mungkin dia sedang berpikir keras mencerna penuturan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline