Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Manusia "Gembelengan"

Diperbarui: 24 September 2019   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: yukepo.com

Setelah engkau ciptakan kerusakan, ketidakseimbangan, kebocoran, kebobrokan, mengapa Tuhan yang engkau todong untuk menyelesaikannya?

Setelah langit memerah, asap menyerang sudut paru-paru, bernafas pun terasa sesak, Tuhan "diperintah" agar segera menurunkan hujan.

Atau baiklah, kita sebut saja berdoa, memohon, menghiba, meminta pertolongan. Namun, tahun depan kita merancang bencana kehancuran secara lebih sempurna. Lalu, kita berdoa lagi, memohon lagi, meminta pertolongan lagi.

Kira-kira apa yang "dipikirkan" Tuhan mengenai perilaku kita?

Tuhan pun Maha Berbagi

Kita mengolah tanah, menyiraminya, menanam benih di dalamnya. Lalu biarkan Tuhan mengatur pertumbuhan benih menjadi pohon hingga menghasilkan buah.

Tuhan berbagi tugas dengan manusia. Agar beras bisa dimakan, jangan menagih Tuhan supaya Dia mengubahnya menjadi nasi. Manusialah pengubah beras menjadi mener, nasi, upo, bubur atau produk kebudayaan yang lain.

Tuhan sudah sangat bemurah hati menyediakan tanah, air, udara, api benih pepohonan serta bahan baku penopang kehidupan.

Semua bahan baku itu silakan dikelola untuk kemanfaatan manusia dan keberlangsungan kehidupan. Namun, tetap perlu diingat, alam adalah "saudara tua" manusia.

"Pohon bisa hidup tanpa manusia, tapi manusia tidak bisa hidup tanpa pohon", adalah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri.

Kenyataannya, alam sebagai "saudara tua" tidak menjadi etika bersama saat manusia mengelola alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline