Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Antara Nama, Perilaku, dan Makna Konotasi yang Semakin Liar

Diperbarui: 18 Januari 2019   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Meski berakhir menjadi wacana publik, usulan raperda DPRD Karanganyar JawaTengah agar orang tua tidak memberi nama anak dengan nama kebarat-baratan, menarik untuk didiskusikan. Usulan ini dimasukkan rancangan peraturan daerah (raperda) untuk menjaga pelestarian budaya dan kearifan lokal.

Apakah nama Anda tergolong nama kebarat-baratan, ketimur-timuran atau kearab-araban? Sayangnya, saya sendiri tidak sempat mengajukan request nama kepada bapak saya. Tahu-tahu saya sudah diberi nama kearab-araban yang tercatat di Akte Kelahiran.

Nama saya yang kearab-araban menjadi bagian dari interaksi sosial bersama kawan-kawan saya: Johanes, Rico, Sherly, Marji, Teguh, Samuji, Suwarsih. Bahkan kenangan masa kecil menyisakan nama-nama wadanan yang masih berlaku hingga kini. Saya punya kawan yang diwadani Mat Bendol, Genyong, Cipluk, Sombleh, Cak Min Plecer.

Default nama yang diberikan orangtua sengaja dicustom sendiri oleh kawan-kawan--bukan untuk mengejek atau menghina--melainkan untuk menjalani keakraban persahabatan. Guru mengaji di mushola menasihati, "Jangan memanggil nama teman untuk mengolok-olok. Panggillah namanya dengan panggilan yang baik."

Jadi, apa arti sebuah nama? Sebiji nama memiliki kandungan makna di balik deretan huruf tekstual yang tertulis. Filsafat menyebutnya sebagai etimologi. Sebagaimana sebuah kata dan istilah, nama seseorang juga memiliki makna etimologi. Keyakinan bahwa nama adalah doa merupakan "akar harapan" yang secara etimologis dapat dilacak jejak linguistiknya.

Kita ambil nama belakang saya: Syahid. Di kalangan santri yang memelajari ilmu bahasa Arab, kata Syahid adalah bentukan dari akar kata " Syahadatan". Kalau ditasrif: syahida-yasyhadu-syahaadatan-(fa-huwa) syahid(un).

Makna etimologi "nama" Syahid dengan "kata" Syahid tidak jauh berbeda. Berangkat dari harapan yang dikandung oleh etimologi Syahid, Bapak memasangkan nama itu untuk saya.

id.m.wikipedia.org

Kesadaran etimologis ini pun tidak selalu mengikuti pakem. Sejumlah nama anak kadang dirangkai oleh penggunaan multi bahasa. Bayi perempuan yang lahir prematur, terlalu cepat dari batas waktu sembilan bulan, dicarikan bahasa Inggrisnya: early. Lalu dirangkai jadi Earlina atau Earlisya atau Earlinda dan seterusnya.

Terjadi simplifikasi cara berpikir dengan menggabungkan dua selera bahasa, kendati "makna etimologi" dari nama seseorang diberangkatkan oleh momentum ruang peristiwa tertentu.

Ini bukan soal benar atau salah--selain karena dinamika cara berpikir masyarakat yang terus berevolusi--juga fenomena dekonstruksi kata yang menyebabkan konotasi semakin liar, tengah mengepung kita.

Dewa bukan lagi dewa, karena ia adalah nama grup band. Wali tidak selalu berarti manusia suci kekasih Tuhan, karena lagu Baik-Baik Sayang dinyanyikan Wali Band. Jombang Beriman bukan Jombang yang penuh iman, karena Beriman yang dimaksud adalah Bersih Indah dan Nyaman.

Maka jangan heran, dua kata: sontoloyo dan genderuwo mendadak populer di tahun politik. Genderuwonya sendiri bingung mengapa dirinya sering disebut-sebut oleh manusia yang katanya dikaruniai anugerah tertinggi yaitu akal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline