Untuk apa jadi makhluk purba, berkelana menjaring makna, melacak arah angin, menghitung tetesan embun, kalau akhirnya sepi dan merana.
"Berkarib sepi menghela udara, kabut senja mengabarkan rahasia, terdengar tanah merintih. Kau di mana?"
Ayolah, tengok itu manusia melipat waktu melawan fana, sambil tertawa bertukar cerita, batu-batu gersang jiwa remang-remang.
"Aku tidak menyeru apalagi berburu, diamku membahana dinding-dinding gua, meringkus geram menerbitkan asa."
Kata-kata, khutbah pesanan dari mulut malaikat, puisi dan sajak pantun mainan, manusia selau merancang kepastian.
"Kau berkata tentang kepastian? Bukankah itu kematian?"
Jagalan 081218