[caption caption="Sumber: baltyra.com"][/caption]
Dia tidak mengabarkan puasanya pada dunia. Dicaci dan diguyur hina dia diam mengatup mulut. Berkata, "Aku sedang puasa" - pun tidak.
Dia tidak hendak memamerkan puasa pada dunia. Untuk apa bergagah perkasa atau memasang tampang melas di hadapan fana yang hanya butuh satu kibasan saja untuk melenyapkannya.
Dia puasa sepanjang hidup. Mengambil secukupnya dari apa saja yang sangat mungkin untuk dikuasai seluruhnya. Menggenggam hanya dengan tiga jari di saat ia sanggup mengerahkan sepuluh jarinya.
"Ini dunia aku talak tiga!" Dalam hati ia berseru lantang. Dunia hanyalah ladang untuk menanam. Panen raya bukan tujuan. Bahkan tidak memanen atau orang lain yang merayakan panen raya atas tumbuhan yang ditanamnya, ia rela dan tersenyum.
Dia bersemayam di jantung Ramadhan. Limpahan cahaya menyinari ubun-ubunnya. Menuntun gerak dan laku hidup. Bercengkerama bersama segolongan manusia yang air mata tangisnya mengaliri sungai di surga.
Dia Ruh tanpa wujud tanpa rupa. Sesekali menyapa kita yang tegang memperdebatkan perda. Yang bergunjing siapa muslim siapa kafir.
Dia adalah hening yang disembunyikan dari kata-kata.
Jagalan 140616
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H