Lihat ke Halaman Asli

Achmad Irfan

KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam)

Catering, Kuburan dan Gas Elpiji

Diperbarui: 30 September 2022   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi makanan catering (foto: kompas.com)

Bu Wati aktifitas sehari-hari berdagang  nasi uduk dan lontong sayur, rumah bu wati yang di tinggal di perkampungan padat penduduk di  daerah sekitar tanah abang. Hampir setiap pagi, nasi uduk dan lontong sayur bu Wati ludes diserbu banyak pembeli yang mayoritas tetangganya sendiri. Nasi uduk bu Wati ini lezat sekali, rasa santan nasi uduknya  yang gurih sangat berasa dari mulut sampai ke hati bikin ketagihan. Ditambah lagi Bu Wati juga menjual gorengan martabak telor, tempe goreng dan tahu isi yang bisa jadi teman nasi uduk atau lontong sayur. Lontong Sayur bu Wati yang enak dan gurih  juga terkenal sampai di telinga  karyawan-karyawan yang kantornya cukup dekat dengan  tempat bu Wati berjualan. Selain jadi makanan favorit tetangga, nasi uduk dan lontong sayur bu Wati ini jadi langganan karyawan kantor sekitar rumah bu Wati, bahkan  duta besar Jepang pernah mencicipi nasi uduk dan lontong sayur bu Wati. Bu Wati tidak hanya pintar memasak nasi uduk dan lontong Sayur, tetapi juga masakan ala catering jika ada hajatan pernikahan juga bisa.

SOP kimlo, ayam rica-rica, kakap asam manis, empal balado, asinan, dan menu yang lainnya hampir semua bu Wati kuasai. Tidak heran jika fans masakan Bu Wati sering menjadi langganan catering para tetangga dan karyawan kantor. Bu Wati punya anak satu-satunya seorang pemuda gagah dan tampan  yang baru lulus kuliah bernama Zidan, sedangkan suami Bu Wati  sudah lama meninggal. Zidan sudah membantu Bu Wati sejak usia 13 tahun sekitar kelas satu SMP. Setiap ada pesanan Catering, Zidan selalu siap membantu ibunya Bu Wati, walaupun terkadang di tengah malam Zidan harus keluar rumah untuk membeli tabung gas. Sedangkan jarak warung yang buka non stop berjarak 200 meter dari rumahnya, itupun harus melewati kuburan. Pemilik warung Madura itu, namanya pak Bambang yang menjual sembako, galon isi ulang dan gas elpiji. Seperti biasa Bu Wati jika ada pesanan catering, selalu minta tolong Zidan ke warung makan.

"Zidan nanti tolong beli gas elpiji ya?, Soalnya udah mau habis nih gas elpiji ibu," tanya Bu Wati.

"Ibu tapi ini kan sudah jam 12 malam, bisa gak Bu besok pagi belinya habis sholat subuh aja ya," jawab Zidan.

"Zidan tapi kan gasnya sudah mau habis, lagi pula besok pagi masakan ibu harus sudah matang semua, kan ini buat catering, gimana sih kamu!, ujar bu Wati dengan nada agak marah.

"Iya Bu tapi Zidan gak mau beli sendiri, teman Zidan sudah pada pulang, kan ini sudah jam 12 Bu,masa ibu tega sama Zidan," ujar Zidan dengan nada agak sedih.

"Zidan dengerin ibu ya, jadi klo kamu gak mau beli gas, jadi ibu yang harus beli gas sendiri nih?, tapi kamu yang nerusin masak ya?, Ujar bu Wati dengan nada lembut.

"Ibu aku tuh gak bisa masak, nanti kalo aku yang masak bisa gosong masakan ibu, nanti klo gosong ibu yang dimarahin pelanggan," jawab Zidan dengan muka yang merah, menahan tangis.

"Zidan, anak ibu yang Sholeh, mau ya bantu ibu?, Ibu tau kamu takut keluar ke warung, karena harus lewat kuburan kan?," tanya bu Wati.

" Iya Bu, aku takut lewat kuburan sereeemm Bu, ya udah sini Bu biar  aku aja yang beli gas" jawab Zidane dengan mimik muka yang takut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline