Lihat ke Halaman Asli

Penggunaan Bambu Dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak

Diperbarui: 30 Oktober 2023   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Pembangunan jalan tol merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah Indonesia dalam memudahkan masyarakat di Indonesia untuk mengurangi kemacetan, sehingga dapat memperlancar masyarakat dalam melakukan mobilitas mereka baik dalam hal ekonomi maupun sosial. Bukan hanya untuk mengatasi kemacetan, tetapi pembangunan jalan tol juga mengemukakan tujuan dan manfaat yang jauh lebih luas.

Menurut Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR, tujuan pembangunan jalan tol meliputi memperlancar lalu lintas, peningkatan distribusi barang dan jasa, peningkatan pemerataan hasil pembangunan, serta pengurangan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan. Sebagai tambahan, manfaatnya mencakup pengaruh terhadap perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan mobilitas dan aksesibilitas bagi individu dan barang, serta penghematan biaya operasi kendaraan dan waktu.

Salah satu pembangunan jalan tol yang sedang berjalan di Indonesia yaitu pembanguan jalan tol Semarang-Demak, proyek pembangunan jalan tol Semarang-Demak sebagian besar melewati daerah dengan kondisi tanahnya masuk ke dalam klasifikasi very soft soil (tanah sangat lunak). Karena tanah yang digunakan dalam proyek jalan tol Semarang-Demak adalah sangat lunak, maka jalan tol tersebut tidak dapat dibangun.

Menurut panduan Geoteknik 1 istilah tanah lunak adalah tanah-tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki secara teliti dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir, tanah tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi. Adapun salah satu tipe tanah yang termasuk dalam jenis tanah lunak adalah tanah gambut dan tanah lempung lunak.

Tanah lunak dalam dunia kontruksi sering terjadi permasalahan dikarenakan daya dukung tanah yang sangat rendah dan memiliki nilai CBR (California Bearing Ratio) yang rendah dengan hal tersebut maka dapat menyebabkan struktur sebuah kontruksi yang dibangun di atasnya tidak mampu berdiri secara stabil dan bisa sampai roboh.

Sifat umum tanah lunak adalah memiliki kadar air 80-100%, batas cair 80-110%, batas plastis 30-45%, dan saat dilakukan tes sieve analysis, maka butiran yang lolos oleh saringan no 200 akan lebih besar dari 90% serta memiliki kuat geser 20-40 kN/m2. Adapun sifat lain dari tanah lunak yaitu gaya gesernya kecil, kemampatan yang besar, permeabilitas tinggi, memiliki sifat kompresibilitas yang sangat tinggi, dan memiliki kadar air yang tinggi.

Berdasarkan uji lapangan, tanah lunak secara fisik dapat diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan. Hasil pengujian tanah lunak di lapangan dan di laboratorium akan menunjukkan bahwa tanah tersebut dikatakan lunak apabila koefisian rembesan (k) sangat rendah ≤ 0,0000001 cm/detik, batas cair (LL) ≥ 50%, angka pori E antara 2,5 - 3,2, kadar air dalam keadaan jenuh antara 90% - 120% dan berat spesifik (Gs) berkisar antara 2,6 - 2,9.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tanah lunak, diperlukan pendukung yang mampu meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian PUPR menggunakan inovasi dengan mengintegrasikan bambu sebagai material pendukung dalam sistem matras, dengan tujuan meningkatkan daya dukung tanah dasar.

Penggunaan bambu pada proyek pembangunan jalan tol Semarang-Demak ini dimaksudkan agar bisa meningkatkan daya dukung tanah dan meningkatkan geser tanah. Apabila tahanan tanah terhadap geser meningkat, maka daya dukung tanah tersebut meningkat.

Suyuti dkk., (2020) melakukan penelitian mengenai penggunaan geo-bambu di atas penguatan tiang-tiang bambu. Hasil penilitian ini mengindikasikan bahwa nilai CBR rata-rata dari tanah di atas sistem perkuatan mencapai 4,9%. Nilai ini memenuhi syarat untuk stabilitas timbunan dengan angka keamanan sebesar 1,30.

Menurut Hegde dan Sitharam (2015) menyatakan bambu memiliki kuat tarik dan kekasaran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan material geosel. Penggunaan grid bambu dapat dikombinasikan dengan tiang beton untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap beban timbunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline