Rindu kami PadaMu, Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak dariMu, Ya Rasul
Serasa dikau di sini . . .
Lagu berjudul Rindu Rasul yang diciptakan Sam Bimbo dan Taufik Ismail terdengar haru saat aku nyanyikan pada Ramadan tahun ini. Momen Ramadan apalagi lebaran yang kita rasakan tanpa kehadiran orang-orang terkasih akan menyisakan perasaan rindu teramat dalam. Apalagi kalau kita belum sempat pulang ke kampung halaman. Aku pun memutuskan kembali nonton film Indonesia dengan genre religi bertajuk Rindu Kami PadaMu yang pernah rilis tahun 2004an.
Film berdurasi 1 jam 27 menit ini punya misi dakwah yang tidak mendoktrin. Cerita film lebih menekankan pada seperti apa tiap individu memaknai kerinduan dan berupaya menemukan cintanya masing-masing dengan kisah yang begitu sederhana. Penulis memutuskan nonton film religi ini melalui platform streaming Disney+ Hotstar dengan langganan paket bulanan via aplikasi MyTelkomsel.
Sisi kerinduan yang diimplementasikan oleh Garin Nugroho sebagai sutradara fokus pada tiga orang anak yang tinggal di sebuah pasar kecil Jakarta. Mereka punya eksplorasi rasa rindu yang mendalam dengan latar cerita masing-masing.
Ada Rindu (Raisa Pramesi) gadis kecil tuna rungu yang rumahnya pernah digusur. Ia pun tak sempat bertemu lagi dengan abangnya karena saat itu abangnya repot mengurus kubah masjid. Ada Bimo (Sakurta Ginting) yang rindu dengan sosok ibunya dan harus menjadikan telur ayam sebagai sahabatnya kini. Ada Asih (Putri Mulia) yang menanti kehadiran ibunda tercinta di sampingnya, sampai Ia tak rela sajadah Ibunya ditempati orang lain saat salat berjamaah.
Mereka tak hidup sendiri di pasar tradisional itu. Sosok pendamping juga hadir menemani mereka dengan keresahan masing-masing. Rindu menjadi anak angkat dari seorang pedagang yang kerap disapa Ibu Imah (Neno Warisman).
Bimo harus ikut menjual telur bersama Seno (Fauzi Baadila) setelah kedua orangtuanya meninggal. Sementara Asih tinggal bersama ayahnya Pak Sabeni (Jaja Miharja) yang terus memperbaiki diri di masjid pasar untuk bertaubat setelah melakukan kekerasan dalam rumah tangga.