The Digital Reader sebagai portal internasional yang sering mendokumentasikan revolusi digital pernah mengumumkan hasil penelitian bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 16 dunia terkait minat membaca. Tak hanya minat membaca yang meningkat, penggunaan layanan nonton film berbayar juga diburu masyarakat di tengah pandemi.
Penulis sering amati perilaku menonton masyarakat Indonesia melalui YouTube atau jaringan bioskop sebelum pandemi. Kisah-kisah sejarah revolusi Amerika, revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte, Perang Dunia 1 & 2, Perang Korea, dan sebagainya selalu diminati penonton dari Indonesia.
Timbul pertanyaan dalam benak penulis, "Film sejarah dari luar negeri bisa laris, mengapa Indonesia tak kembali menggaungkan film sejarah tentang bangsanya sendiri?"
Sejarah luar negeri dianggap menarik karena disajikan secara jujur dari konten cerita yang diubah dalam bentuk visual dan audio. Tak ada kisah yang dibuat-buat. Sementara para penulis skenario di Indonesia justru masih takut untuk mengungkap seperti apa sejarah masa lalu bangsa.
Seharusnya nonton film sejarah jadi pilihan menyenangkan. Meski pelakunya ada yang dibuat fiktif, latar film dibuat seperti saat masa bersejarah. Dengan begitu, alasan mencintai sejarah dan melek terhadap kisah-kisah perjuangan masa lampau bisa tertanam. Bentuk sejarah Indonesia yang kurang diminati pun lebih mudah dipahami dan diajarkan dalam bentuk film.
Jangan sampai generasi mendatang hanya familiar dengan masa lalu Spiderman atau Superman, tapi tak tahu sama sekali saat ditanya sosok pahlawan nasional yang pernah berjuang sampai titik darah penghabisan. #MenolakLupa
Peristiwa dalam rutinitas kehidupan manusia dapat direkam sejarah. Kadang, proses pemindahan fakta ke dalam bentuk teks sering dimanipulasi kekuasaan. Padahal sejarah tetap menjadi bagian penting dalam membentuk peradaban manusia.
Sejarah dipelajari tak hanya dari tanggal, tahun, atau tokoh dibaliknya. Latar belakang sebuah peristiwa itu terjadi, bagaimana kisahnya, dan dampak dari peristiwa tersebut harus terpampang jelas. Dengan paham fakta sejarah diharap kita dapat bijak melangkah ke masa depan karena bisa mengambil hikmah atau pelajaran dari apa yang terjadi masa lalu.
Pada umumnya, hakikat sejarah itu kenyataan. Tapi, dibalik kenyataan itu kadang ada hal yang sering dimanipulasi sehingga menimbulkan berbagai versi dan terlihat kontroversi. Rekam sejarah dalam bingkai film pun tergiring dalam ranah sejarah subjektif akhirnya.
Kenyataan tersebut juga membuat sejarah sering diingkari bahkan dilupakan bangsa ini. Kurang gereget baca bisa membuat sejarah sering direkayasa dan dibelokkan dari relnya demi kepentingan politik semata. Dengan hadir film-film bermuatan sejarah, kita akan tersadar betapa sejarah sangat penting untuk menakar arus balik atau maju mundur kehidupan ini.