Lihat ke Halaman Asli

Achmad Humaidy

Blogger -- Challenger -- Entertainer

Film Kolaborasi: Forever Holiday in Bali

Diperbarui: 31 Januari 2018   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshot Pribadi

Anyong Haseo!

Kalau musisi dari Korea menggelar konser di Indonesia sudah biasa. Hal luar biasa itu saat selebritis K-pop tampil di layar lebar dalam besutan film Indonesia. Inilah yang dilakukan mantan personil MBLAQ, Thunder. Sejak tanggal 11 Januari 2018, pencinta film Indonesia bisa menyaksikan keahlian aktingnya dalam film layar lebar berjudul Forever Holiday in Bali.

Film Forever Holiday in Bali menjadi bentuk kolaborasi kembali antara insan perfilman Indonesia dengan Korea Selatan yang dijuluki sebagai negara ginseng. Dengan genre drama romantis, penyutradaraan digarap oleh Ody C. Harahap yang pernah mengarahkan juga dalam Film Sweet 20 dan Film Me vs Mami.

Film ini diproduseri oleh Kennt Kim bersama Kim Jeong Ho, Theo Jin, Young Jeong Hun dan Jung Keun Wook selaku produser eksekutif. Dibawah naungan rumah produksi Sonamu Cine House dan Showbox Corp sebagai distributor film.

Film Forever Holiday in Bali bertahan pada cerita tipikal drama Korea. Kisah cinta Kay dan Putri seperti cinderella story dari negeri dongeng. Banyak bumbu-bumbu asmara di masa pendekatan yang penuh hal-hal fiksi antara dua sejoli yang seolah memang ditakdirkan untuk berjodoh sejak kecil. Seperti berkiblat pada fan-fiction. Untuk membaca sinopsisnya klik disini.

Namun, skenario yang ditulis oleh Kennt Kim dan Titien Wattimena terlihat memaksa bak film televisi. Ada momen saat mereka merasa saling kehilangan dan sadar untuk kembali bersama. Cerita begitu ringan dan mudah ditebak.

Beberapa adegan terasa menggelikan. Apalagi dengan alibi kisah dongeng, logika begitu dikesampingkan. Film pun menjahit benang merah secara semu karena berujung pada cinta segitiga yang menstimulus emosi seperti sinetron.

Kisah masa lalu atau adegan flashback tidak bisa mengikat kesatuan cerita. Kay cilik (Tony Woo) yang liburan bersama ibunya di salah satu pantai yang ada di Bali begitu tidak manis secara visual. Dalam adegan, Ia bertemu sosok Putri cilik (Ellen) diiringi musik mendayu dan efek gambar sepiayang terlalu mendramatisir suasana. Sungguh adegan percintaan anak kecil yang tak pantas dilakukan seusianya. 

Representasi alur tidak menyentuh. Daya kejut cerita (punching line) habis tergulung oleh durasi. Penonton menanti esensi drama yang bisa menggugah hati namun masih jauh pada ekspetasi.

Dengan dalih memadukan unsur Korea dan Indonesia, film ini beberapa kali gagal membangun unsur dramatis suatu adegan. Misalnya, saat Kay mengabaikan makanan yang telah disediakan oleh keluarga Putri. Ia lebih memilih makan kimchi dalam kemasan yang dibeli di mini market sejak siang hari. Putri pun menanggapi bahwa Kay tidak bisa makan kalau tidak makan kimchi.

Esensi adegan lalu dianalogi dengan sikap orang Indonesia yang masih curiga dengan kehadiran orang asing yang tiba-tiba datang. Keluarga Putri tampak khawatir melihat Putri jatuh cinta dengan Kay. Mereka beranggapan Putri kelak ditinggal kembali sang kekasih ke negara asalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline