Lihat ke Halaman Asli

Achmad Humaidy

Blogger -- Challenger -- Entertainer

Surat Cinta untuk Mama

Diperbarui: 3 Januari 2018   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Jakarta, 22 Desember 2017

Teruntuk Mama Tercinta,

            Mungkin ini surat pertama yang ku tulis untukmu. Meski telah lewat seperempat abad aku menjadi anakmu. Betapa malu aku ketika dirimu telah memberikanku banyak kasih sayang, namun aku hanya mampu mengungkapkan kasih sayangku ini pada sebuah surat.

Mama, puluhan tahun yang lalu, kau mengeluarkan aku dari rahimmu dengan pertaruhan nyawa. Saat ku lapar dan haus, engkau menyuapiku makan dan minum. Saat dingin menerpa, engkau hangatkan suasana penuh keceriaan. Saat ku menangis, engkau menenangkanku dalam dekapmu. Saat ku mulai belajar merangkak, engkau dengan sabar menjaga setulus hati. 

Saat ku mulai belajar bicara, engkau dengan sabar mengenalkan bahasa tutur kata. Saat ku mulai berjalan dan melangkah, engkau memberi perhatian untuk mengawasi dan memotivasi hingga aku mampu tumbuh dan berkembang sampai saat ini.

Mama, aku masih ingat ketika tubuhku terbaring sakit. Engkau selalu ada disampingku untuk menjagaku, memegang dahiku, membolak-balikkan kain dingin untuk mengompresku, bahkan sampai tak tidur. Dalam diam, aku coba resapi, aku coba selami segala momen dalam hidupku yang telah terjadi bersamamu.

Aku masih ingat betapa besar pengorbananmu untukku yang tak dapat ku lukiskan satu per satu dengan kata. Tak kan pernah terhitung perjuanganmu dalam merawatku hingga dewasa. Itu semua menjadi hadiah darimu yang terpaut dalam sanubariku.

          Melalui surat ini, aku ingin minta maaf kepadamu karena aku sudah banyak melakukan hal yang membuat kamu sedih. Pernah suatu hari, aku mengatakan masakanmu tak enak, padahal engkau membuat makanan itu dengan cinta yang teramat besar. Pernah suatu hari, aku membentakmu dengan kata-kata yang ada di luar batas kesadaranku. Padahal ucapan yang terlontar dari lidahku menjadi penyayat hatimu. 'Maafkan aku, Mama !'

Kini aku telah dewasa, engkau pun telah lanjut usia. Ketidaktahuanku telah engkau ubah menjadi pengetahuan. Kelemahanku, engkau ubah menjadi kekuatan. Kekanakanku, engkau ubah menjadi kedewasaan.

Sungguh jasa-jasamu teramat mulia. Maafkan aku jika mungkin aku belum bisa membuat engkau bangga. Maafkan aku yang kini disibukkan dengan aktivitas sehari-hari yang membuat waktuku semakin sedikit untukmu.

Mama, kerut diwajahmu masih melambangkan kegigihan. Terima kasih atas segala do'a yang telah engkau panjatkan saat ku tertidur lelap. Terima kasih telah mengajarkan arti kesabaran untukku. Semua terasa indah saat kita bersama walau terkadang aku salah dihadapanmu. Namun tak ku pungkiri jika aku tak bisa hidup tanpamu. Terima kasih mama karena telah memberi warna-warni cinta dalam hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline