Lihat ke Halaman Asli

Achmad Humaidy

Blogger -- Challenger -- Entertainer

Journey to Andalusia; Perjalanan Spiritual Wartawati Kompas Gramedia

Diperbarui: 23 Februari 2017   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book Blogger bersama Penulis saat Book Launching di Gramedia Central Park (DokPri)


Marfuah Panji Astuti mulai membaca begitu banyak buku sebagai referensi demi mempersiapkan perjalanan ke Andalusia. Dalam benaknya, Andalusia menjadi negeri sejuta cahaya, tempat segala hal hebat berawal. Perjalanan ke Andalusia dilakukan untuk konfirmasi sejarah. Generasi muda tidak paham bahwa Islam merupakan agama yang membawa Negara Spanyol, Portugal, dan sebagian Prancis berkembang dari gelap gulita menuju terang benderang. Ia tak mau umat Islam tersesat mendapat informasi dari internet yang menyebarkan hoax (berita kebohongan).

Muhammad Herlambang, suaminya menjadi pendamping setia saat Ia jatuh cinta menyaksikan keindahan Istana Alhambra. Mereka pun menuju kota Cordoba untuk melihat kebangkitan peradaban sejuta cahaya dengan sejarah ilmuwan yang mengubah dunia. Hingga menangis di Kota Mezquita karena luka lama jejak Islam yang berubah setelah ribuan tahun lamanya.

Perjalanan ke Eropa merupakan perjalanan pertama kalinya. Tidak hanya melihat jejak bangunan peninggalan Islam, agama ini juga meninggalkan jejak kuliner yang masih lestari hingga kini. Cahaya Islam tetap bersinar di negeri-negeri ini dan tidak tergantikan. Sampai suatu waktu, kemunduran Andalusia berlangsung selama 200 tahun, hingga jejaknya benar-benar sirna. Innalillahi wa innailahi roji’un.

Selama perjalanan, Ia berhasil mencatat tokoh-tokoh yang mengukir sejarah di Andalusia. Ia berhasil menemukan 10 warisan Andalusia untuk dunia. Ia berhasil menemukan sejarah dengan catatan yang berulang.

Ini merupakan perjalanan spiritual. Bagai mimpi menyusuri bumi Allah SWT. Perjalanan penuh warna yang membawanya bertutur tentang jejak-jejak sejarah Islam yang berserakan dan harus diliterasikan untuk warisan anak cucu kita nanti.

--------------------

“Apakah kalian pernah berpikir, ada pasukan perang yang baik: sangat berdisiplin, mempunyai kemampuan militer yang andal, namun sangat beradab. Mereka tidak seperti penjajah yang pernah dijumpai sebelumnya. Pasukan ini sama sekali tidak merampas atau mengambil kekayaan, tidak menyerang wanita, orang tua, dan anak-anak. Tujuannya hanya satu, menegakkan kalimat La ‘ilaha ‘illa-Allah, Muhammadun rasulullah. (halaman 66-67)

Journey to Andalusia merupakan karya Uttiek Herlambang atau yang dilahirkan dengan nama lengkap Marfuah Panji Astuti. Novel ini akan terbit dalam 3 jilid dengan sudut pandang yang berbeda. Andalusia adalah sejarah yang paripurna, Daulah Utsmani atau Ottoman mencapai kegemilangan, dan Abbasiyah sebagai kota kemegahan. Aku pun telah berkesempatan membaca jilid pertama yang begitu menggoda untuk belajar sejarah Islam didalamnya.

Journey to Andalusia bercerita tentang perjalanan Uttiek ke Andalusia yang dilakukannya pada akhir tahun 2014 lalu. Awalnya, Ia mencatat perjalanan ini melalui blog hingga datang tawaran untuk menyusun menjadi buku trilogi. Islam pernah menyinari negeri Andalusia dengan ilmu pengetahuan, peradaban, dan kemanusiaan selama 800 tahun (711-1492). Delapan ratus tahun bukanlah waktu singkat. Perlahan benderang itu mulai memudar, hingga akhirnya sirna seakan tak berbekas.

“Kalau tentang arah kiblat Masjid Cordoba, ini bukan sekedar tentang sejarah Daulah Umayyah, tapi ini masalah prinsip. Kami tidak mungkin salat tidak menghadap Ka’bah. Itu prinsip.” (Halaman 73)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline