Sabtu, tanggal 14 Januari 2017, aku menghadiri dialog calon gubernur DKI Jakarta di Soehanna Hall, The Energy Building, SCBD, Jakarta Selatan. Event ini memilih topik unik untuk dikaji yaitu UKM dan Kewirausahaan, Ekonomi Kreatif, dan Generasi Muda. Event ini berhasil menarik perhatian para penggerak dunia startup digital, e-commerce, dan perfilman yang tergabung dalam industri kreatif. Wajar saja, karena event ini terselenggara atas kerjasama BukaLapak, PARFI56, dan Selasar.com.
Event ini juga dihadiri oleh Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) beserta para sineas, aktor, aktris dan pekerja (crew) film nasional, para insan kreatif dari blogger, social media influencer dan media, serta para pegiat startup digital berbasis wirausaha muda. Event ini berhasil memfasilitasi dialog masyarakat kreatif dengan tiga calon Gubernur DKI Jakarta yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, dan Anies Baswedan.
Event ini dipandu oleh Prabu Revolusi dan Melissa Karim. Para calon gubernur DKI Jakarta telah menyampaikan janji-janji dalam Kumpul Masyarakat Kreatif, Digital, dan Perfilman. Mereka telah mengkampanyekan visi dan misinya. Selain itu, acara ini juga telah disaksikan langsung ratusan undangan dan jutaan warga secara online melalui siaran Facebook Live dan YouTube Live Streaming akun Bukalapak dan Selasar, serta melalui saluran televisi CNN Indonesia serentak. Untuk mengingat kembali apa saja yang mereka sampaikan, aku pun menulis ini untuk dianalisis bersama agar kita bisa menentukan Siapakah yang layak menjadi pemimpin Jakarta?.
Calon gubernur yang tampil pertama di atas panggung, yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ia menyampaikan pandangan terkait kreativitas generasi muda. Ia mengatakan akan melakukan pemberian modal hingga 1 Trilyun dengan sistem bagi hasil 20-80 %. Selain itu, Ia menyarankan untuk buka rekening Bank DKI agar semua transaksi hanya melalui transfer secara transparan.
Ahok mengakui bahwa ayahnya sempat menjadi pengusaha bioskop di Belitung. Ia pun pernah menyediakan tempat di balai kota untuk memutar film nasional di akhir pekan. Untuk itu, Ia akan terus dorong perfilman Indonesia di bidang ini, khususnya, mengajak anak-anak untuk menonton film bioskop, dimana ada film-film anak nasional yang harus ditonton dengan menggunakan KJP di jam-jam tertentu seperti film bertema sejarah.
Nantinya, ia juga akan menyulap Kota Tua untuk dibuat bioskop-bioskop kecil, agar pengunjung bisa menikmati film-film bioskop. Tempat tersebut akan dilengkapi CCTV untuk memantau kegiatan disana karena saat ini masyarakat berada di era digital. Pusat perfilman itu akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa digunakan oleh siapapun.
Ahok mengaku sempat mencopot Kepala Unit Pengelola Monas karena terlalu kaku dalam hal perizinan shooting film di Monas. Di sektor eksebisi, Ahok mengaku juga banyak mencopot anak buahnya di Dinas Pariwisata lantaran tak becus mengurus festival film. Ahok mengatakan, dana besar bagi festival film yang berasal dari APBD masih belum dikelola dengan baik oleh pihaknya.
Ia juga menghimbau, bagi warga Jakarta yang punya rumah tua di kawasan Menteng dan Kebayoran Baru, silahkan tawarkan ke Pemda DKI untuk dibeli dengan harga pantas. Rumah-rumah tua ini bisa digunakan untuk berkreativitas atau pusat kebudayaan, misalnya berkumpulnya komunitas puisi. Pemda DKI juga akan mendukung semua aktivitas anak muda, silahkan saja buat proposal, lalu ajukan ke Pemda, agar difasilitasi seperti Keroncong Tugu yang berencana ke Portugal.
Selanjutnya, tampil calon gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut 3, yaitu Bapak Anies Baswedan. Ia memiliki gagasan untuk mengembangkan kembali SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan peminatan film. Industri film mesti ditopang oleh kebijakan nasional. Anies berjanji akan mengusahakan Jakarta ramah bagi kegiatan perfilman.
Terobosan terbaru coba diungkapkan oleh Anies Baswedan. Anies menekankan untuk menumbuhkan generasi baru perfilman. Melalui proses pendidikan kreatif, Ia berharap standar hidup para insan kreatif di Jakarta juga meningkat. Proses pendidikan kreatif tersebut akan menumbuhkan kesempatan belajar, interaksi, dialog, hingga mempertemukan semua kalangan, baik yang sudah berada di level dunia hingga berada di level lokal. Maka dari itu, akan tercipta semangat kreatif berkarya yang dimulai dari ibukota.
Ketika ditanya bagaimana mengembalikan pajak untuk mendorong perfilman, Anies mencontohkan pajak perfilman merupakan kedua terbesar penyumbang pajak hiburan DKI. Anies berjanji akan menyisihkan sebagian APBD untuk menyiapkan tempat dan program yang sesuai dengan kebutuhan para insan perfilman. Pajak film Jakarta dari bioskop, akan dikembalikan untuk pembiayaan film indie (independen).