Lihat ke Halaman Asli

Peran Guru BK dalam Menyelesaikan Konflik Sosial

Diperbarui: 18 Desember 2024   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa remaja merupakan periode penuh perubahan fisik, perilaku, dan peran sosial yang kerap memunculkan konflik, termasuk konflik interpersonal. Di lingkungan sekolah, yang merupakan tempat kedua setelah keluarga dalam membentuk karakter individu, konflik interpersonal sering terjadi akibat perbedaan pendapat, tujuan, atau kebiasaan antar siswa. Bentuknya bisa berupa persaingan akademik, perbedaan pandangan dalam diskusi, hingga bentrokan perilaku antara siswa yang memiliki karakter berbeda.

Penyelesaian konflik di sekolah sering kali kurang efektif, seperti pemberian hukuman skorsing atau pemanggilan orang tua, yang justru dapat memperburuk situasi. Jika dibiarkan, konflik interpersonal dapat meningkat dari tahap yang tidak mengganggu menjadi bentuk kekerasan fisik. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih konstruktif untuk mengatasi konflik agar tidak menghambat perkembangan siswa.

            Secara umum, guru BK merupakan guru yang berperan untuk membantu siswa dalam aspek psikologis dan sosial dalam lingkup Pendidikan atau sekolah. Tugas mereka secara umum adalah mengatasi masalah pribadi siswa, mengembangkan keterampilan sosial, dan membantu siswa dalam mengambil sebuah Keputusan. Selain itu, mereka juga memberikan informasi terkait Pendidikan.

            Namun, sebenarnya peran guru BK lebih dari pada itu. Dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, ada sedikit bahkan besar kemungkinan bahwa di lingkungan sekolah itu dapat terjadi konflik sosial. Konflik sosial dalam lingkungan sekolah berarti Konflik sosial di sekolah terjadi ketika ada perbedaan atau ketegangan antara siswa, guru, atau antara keduanya. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti perbedaan pendapat, cara belajar, atau perlakuan yang tidak adil. Misalnya, perselisihan antar siswa karena masalah teman, atau ketidaksetaraan perlakuan oleh guru. Konflik seperti ini dapat membuat suasana sekolah menjadi tegang dan mengganggu proses belajar mengajar. Untuk itu, penting ada usaha untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang baik, seperti melalui diskusi atau mediasi, agar sekolah tetap menjadi tempat yang nyaman untuk belajar.

                Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran penting dalam menangani konflik sosial yang terjadi di sekolah. Ketika terjadi perselisihan antar siswa, atau antara siswa dengan guru, guru BK bertugas untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang bijak. Mereka mendengarkan kedua belah pihak, mencari penyebab konflik, dan memberikan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Selain itu, guru BK juga memberikan bimbingan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, empati, dan kerja sama antar siswa, yang dapat mencegah terjadinya konflik di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, guru BK membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih harmonis dan mendukung perkembangan pribadi siswa.

                Jenis Konflik Sosial di Sekolah

  1. Konflik Antar Individu
    Perselisihan antara dua siswa akibat perbedaan pendapat, kepentingan, atau cara pandang, seperti saat diskusi kelompok atau kompetisi akademik.
  2. Konflik Dalam Kelompok
    Ketegangan dalam kelompok, misalnya karena pembagian tugas yang tidak seimbang atau perbedaan tanggung jawab.
  3. Konflik Antar Kelompok
    Persaingan antara kelompok, seperti antar kelas atau organisasi, yang memperebutkan pengaruh atau dominasi dalam kegiatan sekolah.
  4. Konflik dengan Sistem
    Ketidakpuasan terhadap aturan atau perlakuan yang dirasa tidak adil, misalnya diskriminasi atau sanksi yang berat sebelah.

Penyebab Konflik Sosial

  1. Tekanan Belajar
    Beban tugas dan persaingan akademik sering memicu stres yang berujung pada konflik antar siswa.
  2. Perbedaan Latar Belakang
    Nilai, budaya, atau kebiasaan yang berbeda dapat menimbulkan kesalahpahaman atau rasa tidak nyaman dalam pergaulan.
  3. Komunikasi Buruk
    Ketidakmampuan menyampaikan atau memahami pendapat sering memicu kesalahpahaman yang berujung pada konflik.
  4. Kepentingan Berbeda
    Perbedaan tujuan atau prioritas, seperti fokus belajar versus kegiatan non-akademik, dapat menimbulkan ketegangan.
  5. Ketimpangan Perlakuan
    Rasa tidak adil terhadap perlakuan guru atau aturan sekolah dapat memicu emosi negatif dan konflik.
  6. Perbedaan Nilai dan Sikap
    Perilaku atau kebiasaan yang berbeda, seperti antara siswa yang taat aturan dengan yang sering melanggar, dapat memunculkan perselisihan.

Konflik di sekolah dapat memberikan dampak serius pada berbagai aspek kehidupan siswa. Dalam suasana belajar, konflik menciptakan ketegangan yang mengganggu konsentrasi, menurunkan partisipasi, dan menjadikan lingkungan kelas tidak kondusif. Dari segi emosional, siswa yang terlibat konflik sering kali mengalami stres, kecemasan, hingga ketidakstabilan emosi, yang dapat menghambat keseimbangan psikologis mereka. Selain itu, konflik juga merusak hubungan sosial, memicu hilangnya kepercayaan antar siswa, dan bahkan menyebabkan isolasi bagi pihak-pihak yang terlibat. Dalam jangka panjang, konflik yang tidak ditangani dapat menurunkan prestasi akademik karena berkurangnya motivasi dan fokus belajar. Siswa juga berisiko menghadapi masalah psikologis seperti rendah diri atau kecemasan yang bertahan hingga dewasa. Selain itu, konflik yang dibiarkan dapat membentuk pola hubungan buruk, seperti kesulitan dalam membangun kerja sama atau kepercayaan dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, penanganan konflik yang efektif sangat penting untuk mencegah dampak negatif ini dan mendukung perkembangan siswa secara optimal.

Guru Bimbingan dan Konseling memegang peran strategis dalam menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan mendukung perkembangan siswa. Konflik sosial yang sering terjadi di sekolah, baik antar siswa, antar kelompok, maupun antara siswa dengan sistem sekolah, memerlukan penanganan yang bijak dan konstruktif. Guru BK, dengan kemampuan mediasi dan bimbingannya, dapat membantu mengidentifikasi akar masalah, menjembatani perbedaan, dan memberikan solusi yang adil. Selain itu, mereka juga berperan dalam membangun keterampilan sosial siswa, seperti empati, komunikasi efektif, dan kerja sama, yang penting untuk mencegah konflik di masa depan.

Dalam konteks yang lebih luas, keberadaan guru BK membantu mengurangi dampak negatif konflik, seperti gangguan proses belajar, tekanan emosional, atau kerusakan hubungan sosial. Dengan pendekatan yang berpusat pada dialog, mediasi, dan pengembangan keterampilan sosial, konflik yang muncul dapat diubah menjadi peluang untuk pembelajaran dan pertumbuhan. Hal ini menunjukkan pentingnya peran guru BK tidak hanya dalam menyelesaikan konflik, tetapi juga dalam menciptakan budaya sekolah yang inklusif, adil, dan kondusif bagi perkembangan karakter siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline