Lihat ke Halaman Asli

Menemukan Pola Pendidikan Ideal Pada Pesantren Kobong

Diperbarui: 8 Oktober 2024   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesantren kobong atau biasa disebut juga pesantren salafi tradisional, kental dengan budaya masyarakat Indonesia yang memiliki keluhuran nilai serta menumbuhkan rasa syukur kepada Allah terhadap apa yang didapatkan oleh para santri selama di pesantren.

Budaya tanah air yang memiliki keluhuran nilai ditandai dengan terlibatnya santri pesantren kobong dalam berbagai macam aktifitas di lingkungan masyarakat, yang mana hal tersebut sering kita sebut sebagai budaya gotong royong.

Keterlibatan santri dalam aktifitas di tengah masyarkat tidak bisa dipandang sebelah mata. Bagi para santri, hal tersebut menumbuhkan rasa percaya diri dan secara tidak langsung akan menumbuhkan bakat yang dimilikinya. Selain itu, dengan diberikannya tanggung jawab pada santri yang terlibat, santri tersebut akan merasa dihargai oleh masyarakat luas, sehingga tidak ada masalah dalam dirinya untuk aktif bersosialisasi dan bermasyarakat.

Terlebih, melihat rendahnya tingkat interakasi sosial para pemuda belakangan ini, yang cenderung menutup diri dari keterlibatannya di tengah masyarakat, karena sudah disibukkan dengan gadget dan ruang mayanya. Jika kondisi ini menjangkit banyak pemuda dan pelajar di sebagian besar wilayah di Indonesia, maka ini akan berdampak pada menurunnya kualitas SDM dari segi komunikatif. 

Selain itu, pesantren kobong juga mengajarkan para santri untuk hidup mandiri di tengah kesibukan dan keterbatasan. Kesibukan menuntut ilmu di tempat yang berjarak dengan asrama, sehingga membutuhkan waktu untuk perpindahan tempat, padatnya pengajian kitab di asrama, serta kebutuhan pribadi yang harus dipenuhi secara mandiri, seperti makan yang harus masak terlebih dahulu. Kondisi tersebut akan membentuk manajamen waktu yang baik bagi para santri yang tulus dalam menuntuk ilmu

Serta keterbatasan dari segi tempat tinggal, makanan, kebutuhan MCK dan lain sebagainya. Meskipun begitu, ini adalam tempaan dan latihan yang semestinya didapat oleh para pelajar di Indonesia. Kondisi seperti ini merupakan sarana untuk melatih daya juang, mental, pengalaman, serta bagaimana mengelola suatu keterbatasan untuk tetap bertahan. Walaupun belakangan ini sudah banyak pesantren kobong yang bertranformasi lebih baik dari segi sarana dan prasarana.

Sudah kita ketahui bersama, bahwa kehidupan setelah sekolah bukanlah perkara yang mudah. Banyak orang justru tidak sanggup menghadapi kerasnya ujian dan cobaan pada kehidupan setelah sekolah. Yang mana, ujian dan cobaan tersebut sebelumnya tidak pernah diajarkan atau diberikan gambaran di sekolah. Karen sistem pendidikan kita yang hanya terfokus pada nilai dan administratif.

Banyaknya bekal yang didapat oleh para santri dari pesantren kobong, tidak lantas membuat pesantren kobong sempurna dari segi pengelolaan. Masih banyak yang harus diperbaiki untuk mencetak generasi yang lebih baik kedepannya. Di antara beberapa hal yang harus diperbaiki adalah.

Pertama, pengorganisasian yang sangat kultur membuat pesantren kobong cukup tertinggal dari sektor lembaga pendidikan yang lainnya. Bukan berarti merubah menjadi pesantren formal atau modern, namun bisa dimulai dengan perapihan perencanaan pendidikan, road map yang akan ditempuh para santri selama dalam pendidikan, serta seluruh perangkat dari pesantren yang teroganisir dengan rapih.

Kedua, penerapan pelajaran yang lebih kontekstual dan terkini, sehingga para santri dapat dengan mudah mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya. Bukan berarti yang saat ini berjalan kurang kontekstual, hanya saja mungkin perlu sarana yang lebih komunikatif agar pelajarannya lebih dapat diterima oleh para santri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline