Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Kekhawatiran Menjadi Motivasi (Bagian 1)

Diperbarui: 29 Mei 2023   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mari kita awali dengan mundur sangat jauh ke abad penjelajahan (abad ke-15), abad di mana orang-orang Eropa memulai babak baru untuk meraih kejayaannya hingga saat ini. Meski sudah berjalan selama 7 abad, pengaruh-pengaruh Bangsa Eropa yang berhasil menemukan benua-benua besar masih terasa kuat, seolah mengakar dalam tubuh bangsa-bangsa yang ditaklukan melalui misi penjelajahan tersebut.

Situasi ini dimulai ketika jalur perdagangan darat yang menghubungkan benua Asia dengan daratan Eropa terputus, karena kedigdayaan pengusa di dunia tengah yang berkuasa atas daratan sekaligus jalur perdagangan, yang berdampak pada terputusnya arus barang dari Asia ke Eropa dan begitupun sebaliknya.

Pasalnya, tidak hanya satu penguasa yang berkuasa di jalur perdagangan tersebut, ada tiga kesultanan besar yang berkuasa di dataran Asia Tengah. Yakni, Kesultanan Utsmani, Kesultanan Safawi dan Kesultanan Moghul. Meskipun dalam perjalanannya bangsa Eropa memiliki pengaruh di wilayah kesultanan Safawi, namun membentangnya wilayah kesultanan Utsmani menjadi penghalang bagi Eropa untuk menyebrangi wilayah tersebut.

Kondisi ini menjadi penyebab terputusnya bangsa Eropa dari pasokan sumber daya yang berasal dari arah Timur, berdampak pada kekhawatiran bangsa Eropa akan terpenuhinya kebutuhan hidup individu. Terlebih, pada zaman-zaman tersebut (abad pertengahan), Imperium Roma kehilangan pengaruh kuatnya di tengah masyarakat. Sehingga masyarakat hidup berkelompok-kelompok kecil yang secara tidak langsung kehidupan bermasyarakat bergantung pada gereja dan tuan tanah.

Kebergantungan terhadap gereja dan tuan tanah ini membuat masyrakat terbagi menjadi beberapa kelas dan strata sosial yang berbeda. Kalangan agamawan mengeluarkan pengaruhnya melalui gereja, kalangan tuan tanah berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat, serta kalangan bawah yang diisi oleh petani dan pekerja kasar.

Terbaginya kelas-kelas sosial di tengah masyarakat memperburuk kondisi bangsa Eropa, terlebih perselisihan antara ilmu pengetahuan dengan doktrin agama sangat kuat terjadi. Yang menyebabkan terhambatnya industrialisasi di satu sisi, atau melemahnya pengaruh gereja di sisi lain

Dengan semua hal yang terjadi, membuat bangsa Eropa dirundung kekhawatiran akan masa depannya. Namun, mereka tidak berhenti pada perundungan dan berkeluh kesah. Keterpurukan selama berabad-abad memupuk rasa semangat dan kebangkitan, untuk memasuki fase selanjutnya yang lebih dikenal dengan zaman renaissance (kebangkitan).

Hal itu dimulai dengan mencari cara bagaimana menembus dataran Asia Timur tanpa harus melewati jalur darat yang dikuasai tiga kesultanan besar. Melalui perarian. Itulah yang mengantarkan kita pada sebuah kenyataan, akan banyaknya pelaut-pelaut dari Eropa yang berhasil menemukan-menemukan daratan baru untuk kemudian menjadi pintu pembuka pasokan arus barang.

Sampai akhirnya saat ini ketika nama-nama seperti Vasco da Gama, Cristopher Colombus, Henry sang Navigator, James Cook, dan Bartholomeus Diaz disebutkan, yang kita tahu bahwa merekalah sang penjelajah, pelaut yang berhasil menemukan dan membuka jalur perdagangan baru melalui perairan.

Terlepas dari perdebatan benar atau tidaknya mereka adalah orang pertama yang menemukan benua, Eropa berhasil keluar dari kekhawatiran akan pasokan sumber daya dan menjadi bangsa yang memiliki pengaruh kuat terhadap jalur-jalur perdagannya.

Yang pada akhirnya, merubah rasa kekhawatiran mejadi sebuah motivasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline