Lihat ke Halaman Asli

Merancang Solusi Perbaikan untuk Mengurangi Kecacatan pada Produk Wire Rod

Diperbarui: 22 Desember 2023   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya 20 desember 2023 - Mutu selalu diindentikkan dengan kualitas, akan tetapi kualitas disini harus diartikan oleh konsumen. Satu produk yang menurut produsen berkualitas belum tentu konsumen satu suara bahwa produk tersebut berkualitas. Persaingan yang ketat memaksa pihak manajemen membuat suatu konsep rencana untuk menghadapinya. Hal ini menyebabkan masing-masing Perusahaan berusaha menghasilkan produk yang lebih baik untuk memberikan kepuasan kepada konsumen salah satunya yaitu PT. ISPAT INDO. PT. ISPAT INDO yang merupakan industri manufaktur dengan hasil produksi berupa wire rod selalu memperhatikan kualitas dari setiap produkya demi menjaga rasa kepercayaan pelanggan serta demi meningkatkan rasa kepuasan konsumen. Dalam rangka perbaikan terhadap permasalah QC Mahasiswa magang Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Program Studi Teknik Industri, mahasiswa semester 7 bernama Achmad Fuadi P.M, Riyan Syaifudin Daffa, Dheni Rahmat Putra membantu perusahaan manufaktur dalam menganalisis dan memberikan solusi pada persoalan pengendalian kualitas demi mengurangi defect produk wire rod jenis 67A dan 67B.

Selama kegiatan magang mahasiswa melakukan analisis dan memberikan usulan perbaikan terhadap penyebab defect. Kegiatan magang tersebut memberikan dampak yang sangat positif khususnya bagi mahasiswa teknik industri, di mana selain menambah wawasan, Kegiatan tersebut juga mampu memberikan gambaran terkait implementasi keilmuan teknik industri terhadap dunia kerja secara nyata. magang ini diakhiri dengan penyusunan laporan magang dan presentasi yang berisi hasil pengamatan dan evaluasi selama kegiatan magang tersebut.

Penulis menggunakan metode six sigma yang diaplikasikan pada Quality Control untuk mengurangi cacatnya produk wire rod dan untuk mengetahui tingkat sigma pada produk wire rod jenis 67A dan 67B. six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa. Dalam pelaksanaan kegiatan analisis six sigma dimulai dengan tahap-tahap yang terdiri dari lima langkah yaitu menggunakan metode DMAIC atau Define, Measure, Analyse, Improve, and Control. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat cacat pada proses rolling mill.

Langkah pemecah masalah dalam six sigma dimulai dengan identifikasi masalah dan jenis kecacatannya sampai dengan pemberian solusi untuk penyebab setiap jenis kecacatan. Tahapan perhitungan six sigma dimulai dari peta kontrol untuk mengetahui batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dari data defect yang telah diperoleh saat pengamatan, selanjutnya dilakukan perhitungan defect per-million opportunities (DPMO) yang berfungsi untuk mengetahui sebarap banyak cacat pada setiap 1 juta kesempatan unit produk serta Konversi Six Sigma, serta perhitungan persentase cacat, pembuatan diagram pareto untuk mengetahui defect dengan tingkat cacat yang paling tinggi, pembuatan diagram sebab akibat beserta analisis penyebab kecacatan. dan yang terakhir yaitu tindakan perbaikan pada penyebab kecacatan. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan kecacatan yang ada di PT. ISPAT INDO diperoleh tingkat kecacatan wire rod sebesar 1,2 % sedangkan tingkat sigma selama 6 bulan yaitu dengan rata-rata sebesar 3,55 dengan tingkat cacat (DPMO) sebesar 19.736.

Dalam rangka untuk pengurangan kecacatan pada proses produksi perusahaan dapat dilakukan beberapa improvement seperti pada unsur mesin yaitu dengan membuat jadwal pengecekan peralatan komponen TC ring dan descaler sebelum dan sesudah peralatan dan mesin digunakan. Untuk unsur metode dilakukan koordinasi dan komunikasi pada setiap bagian proses produksi, serta adanya evaluasi setiap satu bulan sekali. Untuk unsur manusia adanya pelatihan atau  training bagi para pekerja agar lebih terampil dan teratur, serta adanya evaluasi bagi para pekerja guna mengetahui apabila ada kekurangan atau masalah dalam proses produksi. Dan untuk unsur material atau bahan baku melakukan inspeksi bahan baku kembali sebelum material masuk ke proses BRF (billet rehehating furnace), dan adanya standart operasional mesin yang tertera disekitar tempat bekerja guna memudahkan pekerja dalam pengoperasian mesin.

Nama anggota kelompok :

  • Achmad fuadi priyo mardani        
  • Riyan Syaifudin Daffa                  
  • Dheni Rahmat Putra                      

Dosen pembimbing :

Ir.Siti Mundari, M.T.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline