Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Kisah Cinta Ratu-ratu di Nusantara

Diperbarui: 22 Juni 2019   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pinterest.com/yc3kum

PEMOSISIAN wanita yang setara dengan kaum pria sesungguhnya sudah ada sejak zaman Ratu Jay Shima  dari Kalingga atau mungkin sejak zaman sebelumnya. Fakta ini dibuktikan melaluai catatan-catatan sejarah yang menyatakan bahwa wanita bukan sekadar menduduki posisi sebagai kanca wingking, isi-isining omah, atau partner seks; tetapi memiliki posisi penting sebagai ratu.

Perihal beberapa wanita yang menduduki posisi sebagai ratu tersebar di nusantara. Beberapa wanita yang menyandang predikat ratu di Jawa, antara lain: Ratu Jay Shima (ratu Kalingga), Pramodhawardhani (ratu Medang periode Jawa Tengah dari Dinasti Sailendra terakhir), Sri Isana Tunggawijaya (ratu Medang Periode Jawa Timur kedua), Tribhuwana Wijayatunggadewi (ratu Majapahit ketiga), Sri Suhita (ratu Majapahit keenam); dan Ratu Kalinyamat (adipati Jepara). Sementara beberapa wanita yang menduduki jabatan ratu di Sunda yakni Mahisa Suramardini Warmandewi dan Sphatikarnawa Warmandewi (Salakanagara); serta Nyi Mas Ratu Patuakan dan Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Sumedanglarang).

Adapun para wanita yang menjabat sebagai ratu dari luar Pulau Jawa adalah Sultanah Nahrasiyah (Samudera Pasai); Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam, Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam, Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah, dan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (Kesultanan Aceh Darussalam); Maharatu Mayang Mulawarni (Kutai Martapura); Tumanurung (Gowa); Sultana Zainab Zakiyatud-din, I-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo, We Maniratu Arung Data, dan Sri Sultana Fatima (Bone); serta Ratu Wa Kaa Kaa dan Ratu Bulawambona (Buton).

Para ratu yang tersebar di nusantara tersebut niscaya memiliki kisah cinta yang sering berkaitan dengan perkawinan politis. Suatu perkawinan yang bertujuan agar kekuasaan di suatu kerajaan tidak jatuh ke tangan orang lain atau demi terciptanya perdamaian antar dua kerajaan.

Ratu-Ratu di Tanah Jawa

RATU Jay Shima yang merupakan penguasa kedua di Kalingga pernah menjalin hubungan cinta dengan Kartikeyashinga. Hasil perkawinannya dengan Kartikeyasingha, Ratu Jay Shima memiliki putra bernama Parwati dan Narayana (Iswara). Kelak, Parwati menikah dengan Jalantara atau Rahyang Mandiminyak (putra mahkota kerajaan Galuh) yang kemudian melahirkan Sannaha (istri Bratasenawa). Sedangkan, Narayana atau Iswara kelak menjadi raja di wilayah Kalingga Selatan.

Paska runtuhnya Kalingga, muncullah Kerajaan Medang. Pada era Medang, dinobatkannya seorang ratu bernama Pramodhawardhani. Sewaktu memerintah, Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan Mpu Manuku. Perkawinannya dengan Mpu Manuku, Pramodhawardhani memiliki putra bernama Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Pada tahun 928, Gunung Merapi meletus. Pada masa itu, kerajaan Medang periode Jawa Tengah berakhir. Sebagai penggantinya adalah Medang periode Jawa Timur di bawah kekuasaan Mpu Sindok. 

Paska pemerintahan Mpu Sindok, Sri Isyanatunggawijaya naik tahta dengan didampingi Sri Lokapala suaminya yang berasal dari Bali. Perkawinannya dengan Sri Lokapala, Sri Isyanatunggawijaya memiliki putra bernama Sri Makutawangsawardhana.

Seusai Sri Isyanatunggawijaya turun tahta, sekian lama tidak muncul seorang ratu di tanah Jawa. Baru semasa ambang kejayaan Majapahit, muncul seorang ratu yakni Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ketika menjadi raja, Tribhuwana menikah dengan Cakradhara (Kertawardhana Bhre Tumapel). Dari pernikahan tersebut, Tribhuwana memiliki putra bernama Hayam Wuruk. Raja tersohor Majapahit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline