Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Wacana Ramadan, dari Warung Makan hingga Toleransi

Diperbarui: 25 Mei 2018   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(fsi-febui.com)

BANYAK wacana klasik selalu mewarnai bulan Ramadhan. Wacana-wacana tersebut mulai dari persoalan melonjaknya harga Sembako (sembilan bahan pokok), petasan yang sering memakan korban jiwa, perbedaan jumlah rakaat dalam salat tarawih, Tabungan Hari Raya (THR), tiket mudik, kemacetan lalu-lintas ketika mudik (pulang kampung), persiapan lebaran, hingga membeli baju baru.

Pro dan Kontra Perihal Warung Makan

SELAIN wacana-wacana di muka, warung makan yang buka siang hari pada bulan Ramadhan sering menjadi bahan pembicaraan sebagian orang. Tentu, pembicaraan dari orang-orang dengan latar belakang berbeda tersebut menimbulkan pro dan kontra.

Bagi orang-orang yang kontra terhadap warung makan yang buka siang hari pada bulan Ramadhan berdalaih, "Pengusaha warung makan yang sengaja buka siang hari tidak menghormati kaum muslim yang tengah menjalankan ibadah puasanya."

Sementara, orang-orang yang pro berpendapat, "Pengusaha warung makan boleh buka siang hari pada bulan Ramadhan, asal tidak ditunjukkan secara blak-blakan (mencolok) pada kaum muslim yang tengah berpuasa. Ngono ya ngono, ning aja ngono!"

Perbedaan pendapat di muka memunculkan pendapat lain dari sebagian anggota masyarakat. Menurut  mereka bahwa sebelum menjawab apakah warung makan boleh buka atau tidak saat siang hari pada bulan Ramadhan, sebaiknya memahami dulu mengenai substansi berpuasa.

Bila berpuasa, menurut mereka, dimaknai sebagai media pendekatan spiritual antara hamba dengan Khaliq-nya dengan mengendalikan keempat hawa nafsunya, warung makan boleh buka siang hari. Mengingat ia yang telah militan dalam berpuasa tidak silau dengan godaan apapun. Baginya, warung makan buka atau tutup pada siang hari tidak memiliki korelasi dengan puasanya."

Toleransi Kedua Belah Pihak

SEKALIPUN terdapat sebagian masyarakat yang pro, namun penguasa warug makan yang mencari penghasilan siang hari pada bulan Ramadhan tetap menghormati kepada kaum muslim. Di mana setiap bulan Ramadhan, mereka diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.  

Bagi kaum muslim hendaklah pula memberikan kesempatan kepada penguasa warung makan untuk berjualan pada siang hari. Sehingga sikap toleransi dari kaum muslim tersebut semakin menciptakan suasana teduh, sejuk, dan damai pada bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah bagi setiap umat yang hidup di muka planet bumi.

-Sri Wintala Achmad-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline