Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

"Karna Tanding", Seni Kolaboratif DKC yang Sarat Ajaran Hidup

Diperbarui: 3 Mei 2018   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: jaladika.blogspot.co.id

Berpijak pada konsep filosofis yin-yang, kehidupan disimbolkan dengan putaran lingkaran hitam-putih hingga tercipta warna kelabu. Karenanya kehidupan tidak bisa dilepaskan dengan dua warna yakni hitam yang melambangkan angkara murka  dan putih sang lambang kebajikan. Dua warna saling kait-mengait hingga memberikan dinamika kehidupan manusia di alam maya (alam kelabu). Suatu alam yang berada di antara alam pra kelahiran dan alam paska kehidupan (kematian).

Dalam jagad pakeliaran Jawa, dua sisi sifat pada kehidupan manusia tersebut dilukiskan melalui Kakawin Bharatayuddha karya Rsi Vyasa yang kemudian diadaptasi Mpu Sedah dan Mpu Panuluh -- dua pujangga Kadiri di era pemerintahan Mapanji Jayabhaya. Dalam karya tersebut disiratkan bahwa perang trah Bharata antara Korawa dan Pandawa bukan merupakan persoalan benar-salah atau menang-kalah, melainkan komunikasi dialogis antara hitam dan putih atau kebajikan dan angkara murka di dalam jiwa manusia.

Pelukisan persetubuhan dua sifat manusia pada Kakawin Bharatayuddha ditandaskan pada perang tanding antara Arjuna dan Karna. Arjuna sang putra Bhatara Indra dan Karna sang putra Bhatara Surya melambangkan air dan api. Dua materi yang memberikan suasana sejuk (ketenangan) dan panas (keberanian) bagi manusia. Karenanya bila sifat tenang tercerabut, keberanian yang tidak terkendali akan menimbulkan kehancuran. Sebaliknya bila sifat berani musnah, manusia akan menjadi pemalas atau mati sajroning urip.

Konsep filosofis di muka sebagai pijakan pertunjukan seni kolaboratif Karna Tanding oleh Dewan Kesenian Cilacap (DKC) di Dwijaloka pada Sabtu, 5 Mei 2018. Suatu pertunjukan yang memadukan seni pakeliran Jawa, teater, tari, dan musik dengan memertimbangkan unsur artistik, kreasi, dan eksplorasi. Pertunjukan ini pula memerankan seni sebagai media rekreatif, edukatif, dan kontemplatif filosifis bagi publik yang mulai cenderung berorientasi pada materi dan kapital,

Ditandaskan bahwa gelar seni kolaboratif Karna Tanding tidak akan bermakna jika tidak dipahami sebagai serat ginelar. Suatu karya sarat wewarah (ajaran) yang disampaikan tanpa menggurui. Pengertian lain, audience dapat menangkap makna di balik babaran kisah dari awal hinggal penghujung pertunjukan. Selamat mengapresiasi.

Sri Wintala Achmad

Penulis Naskah Karna Tanding & Sutradara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline