Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

[Otobiografi 2] Penciptaan Novel Sejarah, dari Kelayapan hingga Aroma Kemenyan

Diperbarui: 18 April 2018   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Bambang Darto (almarhum). Dok. bersama.

"MENULIS itu gampang!" Demikian kalimat sakti yang selalu saya sugestikan pada diri saya agar dapat menulis karya sastra genre apapun -- puisi, cerpen, esai, dan novel. Bahkan kalimat sakti tersebut saya gunakan agar dapat menulis karya tulis yang tidak berhubungan dengan sastra, semisal karya tulis bertema sejarah, kearifan Jawa, budaya tradisi, cerita wayang, dan lainnya.

Kenapa kalimat sakti "Menulis itu gampang" terus saya sugestikan ke dalam diri saya? Mengingat kerja penciptaan, terutama karya sastra, sesungguhnya susah. Sebab itu, saya selalu melawannya dengan mengucapkan dalam hati kalimat "Menulis itu gampang". Sehingga karya sastra yang tengah saya garap bisa dirampungkan. Tidak berhenti di tengah jalan.

Dok. Pribadi.

Bersama Iman Budhi Santosa (penyair), Dhanu Priyo Prabowo (pengamat sastra Jawa), dan Eko Nuryono (penyair). Dok. bersama.

Mencipta karya sastra itu sesungguhnya susah, karena harus memenuhi standar kualitatif. Artinya, karya sastra yang diciptakan bukan sekadar hadir, namun harus mampu memaknai kehadirannya. Mencipta karya sastra bukan asal jadi, namun harus memerhatikan unsur bentuk dan isi.

Memikirkan estetik, makna implisit, serta kontribusi dalam memberikan inspirasi bagi pembaca. Hal ini merupakan tugas berat namun mulia yang selalu melecut saya untuk terus belajar mencipta karya sastra berstandar kualitatif. Sebagaimana pertama kali saya belajar mencipta karya sastra (puisi) yang dimulai pada tahun 1984.

Bersama Indra Tranggono (cerpenis dan pengamat budaya) dan R. Toto Sugiharto (novelis). Foto Abdul Azis Sukarno

Ketika belajar mencipta karya sastra yang saya awali dengan genre puisi ternyata banyak manfaatnya. Proses penciptaan puisi yang selalu menekankan pemilihan kata yang tepat dan menjaga efektivitas kalimat selalu saya gunakan dalam mencipta cerpen, novel, atau esai. Karenanya dalam penciptaan cerpen, novel, atau esai; saya tetap melakukan revisi sebagaimana saat mencipta puisi.

Sungguhpun terdapat kesamaan dalam proses penciptaan puisi, cerpen, novel, dan esai; namun tetap memiliki perbedaan. Dalam mencipta puisi, cerpen, dan novel; saya selalu menggunakan imajinasi, intuisi, dan sense terlebih dahulu sebelum menggunakan logika saat merevisi.

Sebaliknya dalam mencipta esai, saya menggunakan logika terlebih dahulu sebelum menggunakan intuisi, imajinasi, dan sense saat merevisi. Hal ini dimaksudkan agar esai tidak terkesan kering dan kaku sebagaimana karya ilmiah.

Dalam mencipta puisi, cerpen, dan novel, saya pun selalu menerapkan proses yang berbeda. Di dalam menulis puisi dan cerpen, saya jarang sekali melakukan riset. Namun dalam mencipta novel (fiksi) sejarah atau novel berlatar belakang sejarah, saya sering melakukan riset.

Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah (petilasan), saya membaca buku-buku, menganalisa, dan mereinterpretasi sejarah yang selama ini diyakini sebagai fakta oleh masyarakat awam. Tentu, perinterpretasian sejarah tersebut tidak saya lakukan sembarangan, melainkan melalui analisis panjang.

Bersama Rafael Priyono Mintodiharjo (cerpenis) dan Budi Sardjono (novelis). Foto Maria Widy Aryani.

Dari pendapat di muka, kemudian muncul satu pertanyaan, "Kenapa menulis novel sejarah dengan melakukan reinterpretasi sejarah?" Jawabannya sederhana. Karena novel sejarah bukan teks sejarah, maka saya harus melakukan reinterpretasi terhadap sejarah yang bersumber dari berbagai teori para sejarawan. Hal ini yang membedakan proses penulisan buku sejarah dengan penciptaaan novel sejarah.     

Dari Riset hingga Reinterpretasi Sejarah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline