Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

"Gerbong No. III"

Diperbarui: 16 Maret 2018   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://twitter.com/kai121

KERETA meniup peluit panjang. Meraung-raung. Merangkak. Menanggalkan stasiun terbesar di kota Gajahoya. Melesat. Melintasi pohon-pohon, rumah-rumah, sawah-sawah, bukit-bukit, dan stasiun-stasiun purba yang dibangun pada masa kolonial Gilingwesi. Membelah kota-kota kecil. Menuju ibukota Astinapura.

Memasuki desa Mintaraga, kereta menyalakan semua lampu pada setiap gerbongnya. Demikian pula gerbong No. III yang seluruh penumpangnya sontak menutup lubang hidungnya rapat-rapat. Dengan tisu kertas, sapu tangan, atau beberapa jarinya. Agar tidak muntah-muntah karena bau amis yang dihamburkan angin dari arah kursi belakang dekat toilet.

Para penumpang menatap nanar pada perempuan yang duduk di kursi belakang dekat toilet itu. Dialah Lara yang keringat tubuhnya berbau amis. Meski, panjang rambutnya yang bergerai semirip rambut model iklan shampoo. Sepasang matanya sebiru safir mata Maria.

Bagi lelaki yang duduk di samping Lara, perempuan itu sungguh menarik perhatiannya. Ia yang membungkus tubuh sintalnya dengan gaun perak itu serupa kijang muda bagi singa lapar. "Sendirian, Nona?"

"Ya."

"Sayang! Orang secantik kau tak punya teman."

"Hanya orang tolol yang pantas jadi temanku. Perempuan senasib sampah. Untuk apa Tuan memedulikanku?"

"Aku ingin menjadi teman perjalananmu. Boleh kan?"

Lara membuang pandangannya ke luar. Di mana rumah-rumah yang tampak samar-samar dari balik jendela retak karena lemparan batu itu mengesankan nisan-nisan raksasa. Mengubur mimpi setiap penghuninya. "Mengapa Tuan tidak seperti mereka yang menutuprapatkan lubang hidungnya atas bau tubuhku?"

Lelaki yang semakin digairahkan bau amis tubuh Lara tidak sanggup melontarkan sepatah kata. Ia serupa patung garnit.

"Jawablah pertanyaanku dengan ketulusan hatimu, Tuan!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline