Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Sedekah Laut Bukan Sekadar Barang Dagangan

Diperbarui: 6 Maret 2018   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: radarbanyumas.co.id

Sekalipun pengaruh modernisasi terus menggerus serupa air bah di tengah masyarakat Jawa, namun tradisi dan kebudayaan Jawa masih bertahan dan dilestarikan oleh sebagian masyarakatnya hingga sekarang.

Terbukti berbagai gelar budaya Jawa, semisal: bersih desa, labuhan, ruwatan, lampah madya ratri, sedekah bumi, dan terutama sedekah laut bagi masyarakat pesisir masih diselenggarakan baik secara temporer maupun tahunan.

sumber: visitcentraljava.com

sumber: news.trubus.id

Semenjak awal Sura hingga akhir Sapar, banyak masyarakat Jawa menggelar event tradisi dan kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan laku ritual guna menyelaraskan hubungan kosmis antara manusia atau alam (mikro-kosmis/jagad cilik) dengan Tuhan (makro-kosmis/jagad gedhe).

Berbagai event gelar tradisi dan kebudayaan Jawa yang bertujuan untuk membangun dinamika hubungan kosmis bisa disebutkan, antara lain: Lampah Madya Ratri atau Mubeng Beteng (Kota Yogyakarta); Sedekah Laut (Cilacap, Jawa Tengah); Yaa-qaa-wiyyu (Jatinom, Jawa Tengah); Saparan atau Bekakak (Gamping, Sleman); Rebo Pungkasan (Wonokromo-Bantul); dan sebagainya.

Sedekah Laut

Sebagian besar masyarakat Cilacap yang tinggal di seputar pantai Laut Selatan atau Segara Anakan banyak menggantungkan hidup sebagai nelayan. Sebagai masyarakat dengan pencaharian menangkap ikan niscaya memiliki tradisi dan kebudayaan khas yang memiliki jalinan erat dengan kelautan.

Salah satu tradisi dan kebudayaan tersebut adalah melaksanakan upacara tahunan Sedekah Laut. Suatu upacara yang merefleksikan rasa syukur dari para nelayan kepada Tuhan. Maha sumber dari segala berkah yang tidak sekadar ditebarkan di daratan, melainkan pula di bentang lautan.

sumber: news.trubus.id

Dengan demikian upacara Sedekah Laut yang diwarnai dengan berbagai acara, seperti: Ziarah Nelayan di Pulau Majeti (Nusakambangan), Tasyakuran dan Tirakatan, Prosesi Sedekah Laut, serta Larung Jolen dari Pendapa Kabupaten Cilacap hingga THR Teluk Penyu hendaklah tidak ditangkap sebagai event gelar tradisi dan kebudayaan Jawa yang sekadar untuk menghadirkan suasana meriah dan cenderung hura-hura.

Upacara Sedekah Laut hendaklah pula tidak sekadar ditujukan untuk meningkatkan program pariwisata daerah setempat, namun pula ditujukan sebagai media penggugah kesadaran manusia (para nelayan) terhadap pentingnya hubungan kosmis yang dinamis.

Apabila para nelayan telah memiliki kesadaran tinggi terhadap hubungan kosmis yang dinamis, mereka harus senantiasa menjaga jiwanya agar tidak rakus dan mengkhalalkan segala cara di dalam menangkap berkah Tuhan (ikan-ikan dan hasil laut lainnya) yang ditebarkan di lautan.

sumber: samzurry.wordpress.com

Di samping itu, para nelayan dan pihak-pihak terkait harus secara pro-aktif untuk senantiasa menjaga lingkungan pantai dan laut dari sampah, dan terutama limbah. Mengingat limbah yang mengandung unsur kimiawi beracun itu dapat membunuh ikan serta mencemari atau merusak ekosistem laut itu sendiri.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline