Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Jokpin, Potret Penyair Besar yang Selalu Rendah Hati

Diperbarui: 3 Maret 2018   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: IDN Times

Dalam sejarah perpuisian di Yogyakarta layak dicatat bahwa event paling spektakuler sejak era Persada Studi Klup (PSK) hingga sekarang adalah Peluncuran Antologi Puisi Penyair Yogyakarta Tugu di Purnabudaya, Yogyakarta, pada tahun 1986. Peluncuran antologi puisi suntingan Linus Suryadi Ag yang disertai gelar baca puisi selama 7 malam oleh para penyair Yogyakarta tersebut memunculkan nama Joko Pinurbo. Penyair termuda kelahiran 11 Mei 1962 yang sekarang dikenal oleh publik sastra dengan nama Jokpin.

Sejak event Peluncuran Antologi Puisi Tugu, Jokpin mulai dikukuhkan keberadaannya oleh publik sastra sebagai penyair. Mengingat pada masa itu, terdapat asumsi bahwa seorang pencipta puisi yang terlibat di dalam Antologi Puisi Tugu dan membacakan puisi-puisinya di Purnabudaya diakui publik sastra sebagai penyair. Asumsi ini mengakibatkan beberapa penyair yang sudah memublikasikan karya-karyanya di media massa namun tidak terlibat di dalam event tersebut merasa tidak diakui eksistensinya. Spirit kreativitas mereka yang semula menyala-nyala tiba-tiba meredup.

Karya dan Penghargaan

aulialibrary.wordpress.com

BILA menyimak karya-karya Jokpin yang dibacakan sendiri di panggung Purnabudaya pada 34 tahun silam, tidak salah kalau Linus Suryadi meloloskan puisi-puisinya untuk diterbitkan di dalam Antologi Puisi Tugu tersebut. Sebagai pecinta puisi, saya pun mengakui bahwa karya-karya Jokpin telah memenuhi standar kualitatif yang layak diantologikan bersama dengan karya-karya para penyair senior Yoyakarta di masa itu, semisal: Kuntowijoyo, Ehma Ainun Nadjib, Teguh Ranu Sastraasmara, Suminto A Sayuti, Faruk HT, Bakdi Sumanto, Rahmat Djoko Pradopo, Suryanto Sastraatmodjo, Iman Budhi Santosa, Landung Rusyanto Simatupang, Ragil Suwarno Pragolapati, Suripto Harsah, Fauzi Abdul Salam, Bambang Darto, Sutirman Eka Ardhana, atau Linus Suryadi Ag sendiri.

gramedia.com

@editor_in_chic

Paska Peluncuran Antologi Puisi Tugu, karir Jokpin sebagai penyair terus mengalami pekembangan yang sangat signifikan. Dengan semangat yang berkobar-kobar, Jokpin terus memublikasikan karya-karya puisinya di banyak media massa terbitan daerah dan pusat. Bahkan karya-karya Jokpin sering menghiasi rubrik puisi Kompas, harian nasional yang bergengsi di Indonesia.

Karya-karya puisinya yang dimuat di berbagai media massa tersebut kemudian diantologitunggalkan oleh Jokpin dan diterbitkan oleh beberapa penerbit mayor di Indonesia. Beberapa antologi puisi tunggal Jokpin yang sudah terbit, antara lain: Celana (IndonesiaTera, Magelang, 1999); Di Bawah Kibaran Sarung (Indonesia Tera, Magelang, 2001); Pacarkecilku (Indonesia Tera, Magelang, 2002); Telepon Genggam (Kompas) Jakarta, 2003); Kekasihku (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2004); Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (Grasindo, Jakarta, 2005); Kepada Cium (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007); Celana Pacar kecilku di Bawah Kibaran Sarung (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007); Tahilalat (Omahsore, Yogyakarta, 2012); Haduh, Aku di-Follow (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013) Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013).

gramedia.com

Selain diantologitunggalkan, karya-karya puisi Jokpin pula diantologikolektifkan bersama penyair lain di dalam: Tugu (1986), Tonggak(1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998), Kota Terbayang: Retrospeksi Kepenyairan Yogyakarta 1950-2000 (Taman Budaya Yogyakarta, 2017).

Berkat kegigihan di dalam kreativitas puisi, Jokpin mendapatkan banyak penghargaan, antara lain: Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Lontar, Sih Award, Khatulistiwa Literary Award. Berkat prestasinya, Jokpin diundang baca puisi di tingkat internasional dalam event Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee 2001 di Jakarta, Festival Sastra/Seni Winternachten 2002 di Belanda, Forum Puisi Indonesia 2002 di Hamburg, Jerman, dan Festival Puisi Internasional-Indonesia 2002 di Solo, dll.

Kepribadian Jokpin

SEBAGAI penyair, Jokpin terbilang sukses. Kesuksesan Jokpin ini tidak bisa lepas dari loyalitas dan konsistensinya di dalam proses kreatifnya. Melalui karya-karyanya dapat tertangkap bahwa Jokpin memiliki ciri khas dan gaya puitiknya yang tidak dimiliki oleh para penyair lain. Hal ini yang mendongkrak karirnya hingga dirinya pantas diakui sebagai penyair Indonesia.

Perkembangan karirnya yang dimulai sejak Peluncuran  Antologi Puisi Tugu (1986) hingga sekarang tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepribadiannya. Di mana Jokpin yang memiliki nama besar sebagai penyair Indonesia tersebut senantiasa berpenampilan sederhana, tidak sombong, dan selalu akrab dengan kawan-kawan penyairnya. Hanya dengan kerendah-hatiannya, Jokpin terus belajar di dalam upaya meningkatkan kualitas karya-karyanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline