Lihat ke Halaman Asli

Sri Wintala Achmad

TERVERIFIKASI

Biografi Sri Wintala Achmad

Ajaran Orang Jawa Lewat "Lelagon Dolanan Bocah"

Diperbarui: 16 Februari 2018   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

facebumen.com

NILAI-NILAI kearifan orang-orang Jawa tidak sekadar terkandung pada serat-serat yang cenderung ditulis dengan karya Macapat, namun pula tersirat dalam lelagon baik gagrak lawas (gaya lama) maupun gagrak anyar (gaya baru).

Dalam menangkap nilai-nilai kearifan orang Jawa melalui lelagon, kita perlu memahami lambang-lambang yang disematkan pada syairnya. Tanpa mengetahuinya, kita tidak akan mampu mendedah nilai-nilai kearifan itu sendiri. Bahkan lelagon itu sendiri merefleksikan kearifan orang Jawa di dalam menyampaikan pesan dengan cara ketimuran. Lembut dan bijaksana.

Sesungguhnya banyak lelagon Jawa yang bukan sekadar menjadi hiburan, namun memuat pesan-pesan moral yang dapat memberikan pencerahan bagi manusia, di antaranya: Padhang Bulan karya Sunan Giri, Tamba Ati karya Sunan Bonang, Ilir-Ilir karya Sunan Kalijaga, dan Tangise Wong Wedi Mati. Lelagon dolanan karya Ki Hadi Sukatno semisal Bang-Bang Wis Rahina dan Gumregah; serta lelagondolanan lainnya semisal Gundhul-Gundhul Pacul dan Menthok-Menthok pula mengandung nilai-nilai kearifan orang Jawa yang cukup tinggi.

Padhang Bulan

LELAGON Padhang Bulan merupakan karya Sunan Giri, salah satu sunan yang tergabung dalam lembaga Wali Sanga. Syair Padhang Bulan yang hanya terdiri dari lima kalimat dalam satu bait itu tertulis sebagai berikut: //Padhang-padhang bulan/Ayo gage dha dolanan/Dolanane na ing latar/Ngalap berkah gilar-gilar/Nundhung begog hangethikar//.[1]

Melalui lelagonPadhang Bulan yang diciptkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan simbolik di muka, kita dapat memetik maknanya. Di mana setiap manusia yang dapat mensyukuri atas karunia kegembiraan hati dari Tuhan, niscaya hidupnya akan mampu mengusir kedukaan. Suatu kegelapan yang bersemayam di dalam hati itu sendiri. Dengan terusirnya kedukaan, maka manusia tidak hanya mendapatkan kebahagiaan yang terefleksikan pada wajah, namun pula akan mendapatkan kesehatan raganya.

Tamba Ati

LELAGON Tamba Ati adalah karya masterpiece Sunan Bonang (Syekh Maulana Makhdum Ibrahim) yang merupakan putra Sunan Ampel (Sayyid Ali Rahmatullah) dengan Dewi Candrawati (Nyai Ageng Manila). Lelagon Tamba Ati yang sarat dengan pesan moral dan masih sering terdengar di telinga kita sampai kini itu tertulis sebagai berikut: //Tamba ati iku lima perkarane/Kaping pisan maca Qur'an samaknane/Kaping pindho sholat wengi lakonana/Kaping telu wong kang soleh kumpulana/Kaping papat kudu weteng ingkang luwe/Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe/Salah sawijine sapa isa anglakoni/Mugi-mugi Gusti Allah Ngijabahi//.[2]

Dari lelagonTamba Ati yang cenderung bernuansa religius, kita akan dapat mencerap nilai-nilai kearifan yang dapat memberikan obat bagi hati. Berpijak pada syair di muka, maka manusia yang ingin mendapatkan obat bagi hati harus melaksanakan 5 (lima) perkara, antara lain:

  1. Membaca Al-Qur'an harus disertai dengan pemahaman akan maknanya. Sesudah dipahami, maka manusia harus pula mengamalkan ajaran-ajaran yang tersurat atau tersirat di dalam kitab itu.
  2. Melaksanakan sholat malam. Kenapa harus sholat malam? Karena sholat malam yang dilaksanakan sesudah bangun tidur itu terasa lebih khusyuk. Dengan kekhusyukan hati, maka permohonan mansuia pada Tuhan akan berpeluang besar untuk dikabulkannya.
  3. Bisa diibaratkan bahwa manusia sholeh itu seperti sendang dengan air jernih. Dengan kejernihan hatinya, maka manusia sholeh akan senantiasa memancarkan kedamaian pada orang lain. Karena itu, bila Anda ingin menjadi manusia sholeh dengan hati yang jernih, berkumpullah pada orang sholeh. Niscaya manusia akan menjadi sholeh pula.
  4. Bila manusia ingin terbebas dari penyakit hati, maka hendaklah melaksanakan puasa baik wajib maupun sunah. Hanya dengan melakukan puasa yang selalu disertai dengan pengendalian hawa nafsu (amarah, mutmainah, aluamah, dan amarah); maka manusia akan mendapatkan kebahagiaan sejati.
  5. Ibarat tetes-tetes air pada batu karang, maka dzikir yang diucapkan dengan lama dan dihayati dengan hati akan mampu menghancurkan tembok karang yang menutup hati dai cahaya Ilahi.

Ilir-Ilir

ILIR-ILIRmerupakan lelagon gubahan Sunan Kalijaga. Lelagon yang sarat ungkapan-ungkapan simbolik ini mengajarkan tentang tugas dan kewajiban manusia selama masih bernapas di permukaan bumi. LelagonIlir-Ilir yang akan bernuansa magis bila dilantunkan itu tertulis secara lengkap, sebagai berikut: //Lir-ilir, lir-ilir/Tandure wus ngalilir/Tak ijo royo-royo/Tak sengguh penganten anyar//Cah angon, cah angon/Penekna blimbing kuwi/Lunyu-lunyu penekna/Kanggo masuh dodotira//Dodotira, dodotira/Kumitir bedhah ing pinggir/Domana, jlumatana/Kanggo seba mengko sore//Mumpung gedhe rembulane/Mumpung jembar kalangane/Ayo surak.../Surak, iyo//.[3]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline