Lihat ke Halaman Asli

Ketika Petruk Jadi Raja di Ukraina, Sepenggal Kearifan Lokal Indonesia untuk Warga Dunia

Diperbarui: 14 Maret 2022   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image caption

KETIKA PETRUK JADI RAJA DI UKRAINA : Sepenggal Kearifan Lokal Indonesia untuk Warga Dunia

Singkatnya, Cerita Petruk jadi raja dimulai ketika salah satu punakawan,  abdi dalem kerajaan Astina yaitu petruk secara ajaib menjadi raja dengan Jamus kalimusada. Setelah mendeklarasikan diri sebagai raja negara Ngrancang Kencana Loji Tengara, dengan gelar Prabu Welgeduwelbeh, ternyata dia tidak memiliki sipat sipat negarawan, diapun berlaku sombong hingga harus memerangi negara tuan dan saudaranya sendiri yaitu Astina, Dwarawati, dan Mandura.

Lakon Petruk Dadi Ratu adalah murni kearifan lokal Indonesia, menurut salah satu sumber ini adalah kreasi Sultan Hamengku Buwono VII, Raja Keraton Ngayogyakarta 1877-1920. Meski mengambil latar dan tokoh Mahabarata, cerita seperti ini tidak  ditemui dibelahan dunia manapun. Maka dari itulah kita perlu untuk menyebarkan cerita syarat makna dalam bernegra ini dalam menyikapi konflik bangsa hari  ini dan kedepan.

Dewasa ini, Sebuah Negara bukanlah lagi sebuah hasil dari sebuah heroisme kemerdekaan dan perjuangan berdarah darah dalam melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Para pahlawan yang menjadi saksi betapa getirnya memperjuangkan tanah air rata rata sudah meninggalkan dunia ini. Begitupula dengan pemimpin pemimpin negra, tidak lagi harus berlatar belakang para pahlawan perjuangan kemerdekaan, mereka yang bertempur dengan posisi dan jabatan militernya. Tetapi siapa saja bisa menjadi pejabat dalam sebuah kontes politik yang terbuka untuk para pengusaha, orang biasa, bahkan artis atau seorang badut komedi sekalipun.

Mau bagaimana lagi, pada saatnya semua orang bisa belajar  jadi seorang negarawan. Melalui sekolah atau melalui pengkaderan  partai politik jiwa kenegarawanan bisa ditempa. Namun hal itu disamping harusnya ada edukasi dan pendewasaan historis masyarakat  dalam menentukan seberapa besar integritas, bila perlu ada sertifikasi umum terhadap calon calon pemimpin, apalagi calon Presiden. Menurut lakon Petruk jadi raja, tidak bisa seseorang bisa menjadi presiden atas dasar politik praktis dan hasil dari fragmatisme masyrakat semata, kepemimpinan adalah proses panjang.

Di Indonesia, semua perselisihan bisa diselesaikan dengan copot kepemimpinan, baik terpaksa atau mundur dengan baik baik demi perdamain dan menghindari pertumpahan darah. Begitu juga di negara negara lain yang menjadi target Amerika , demi sebuah "perdamain" seperti Irak,  Libya, afganistan. Harusnya Joe Biden sangat sadar akan hal ini, atau mungkin ini semacam "Karma".

Presiden Ukraina telah menunjukan dirinya bukan seorang Negarawan, bukan karena dia berasal dari seorang kemedian, tetapi ketidak pahamnnya terhadap etika politik dan telah mengorbankan rakyatnya demi sesuatu yang tidak jelas dari tawaran NATO. Terus terusan berplaying victim demi menarik simpati dunia bahwa negaranya telah di serang dengan tanpa sebab apapun.

Dengan ini mudah mudahan menjadi salah satu edukasi kepada masyarakat dunia bahwa sikap kenegarawanan itu sangat perlu dalam menentukan seorang presiden.  Serta bahayanya masyarakat berpolitik praktis dan fragmatis .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline